Memang keren jika mempergunakan istilah asing. Hanya saja, ini 'kan bukan sedang keren-kerenan istilah. Ini tentang ajakan untuk berkontribusi terhadap dunia pariwisata spot alam, tanpa merusak habitat aslinya.
Saya pernah lihat di Tiktok dan Instagram, salah seorang anggota rombongan kemah pecinta alam membuang sampah sembarangan di sekitar tenda mereka. Ya Allah. Itu kontradiktif sekali 'kan?
Katanya para pecinta alam. Kok malah merusaknya?
Pahamlah saya, mengapa Taman Nasional Gunung Merapi sampai memasang papan seperti ini.
Papan itu bertulisan "Selamatkan Taman Nasional Gunung Merapi dengan tidak membuang sampah ke alam. BAWA KEMBALI SAMPAHMU.
Rasanya kita memang punya masalah berat dengan yang namanya eksekusi dan konsistensi. Manakala ada ide baik, eksekusinya ternyata kurang sampai ke akar rumput. Semangat pelaksanaannya pun hangat-hangat tahi ayam.
Apa boleh buat? Ide acapkali dibiarkan terhidang secara absurd ke masyarakat umum. Terkesan teoretis dan bombastis belaka. Seolah-olah tak bisa dijelaskan ke khalayak dengan bahasa yang simpel. Seperti haram dipahamkan ke publik melalui istilah/perkataan sederhana.
Mungkin patokannya "kalau bisa tetap rumit dan ribet, kenapa mesti iseng membuatnya gampang? Makin rumit makin keren."
Alhasil, sementara di sono-sono mati-matian berjuang demi terwujudnya iklim sustainable & responsible travel, sebagian lainnya mungkin malah santuy. Alih-alih mendukung. Yang ada justru menggerogoti alam sebab ketidaktahuan.
Memang masih PR banget bagi instansi terkait. Sementara mestinya, semangat sustainable & responsible travel sudah terserap hingga tulang sumsum khalayak.
Mestinya begitu!