Jika ingin melaksanakan Tarawih berjamaah di masjid/musala dilanjut Tadarusan bersama, harus sudah bersiap sejak azan Isya. Capek tak capek, mager* tak mager, jadwal wajib dipatuhi kalau tak mau kehilangan momentum Ramadan yang bermakna.
Terusterang saja, memang tak gampang untuk bersabar dalam situasi begitu. Namun, tak ada pilihan lebih baik. Mau tak mau, saya mesti menahan dulu rasa capek itu.
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas" (Q. S. az-Zumar ayat 10).
Nah. Karena mau dicukupkan pahala, saya pun berusaha ikhlas menahan lelah demi menjalankan ibadah-ibadah Ramadan.
Pada akhirnya semua adalah tentang waktu. Cara mengatur waktu supaya segala aktivitas selalu berkah.
Tak terbantahkan lagi. Ramadan adalah karunia dari Allah SWT. Sarana untuk mendidik hamba-Nya agar bisa mengisi detik demi detik kehidupan, dengan aktivitas berfaedah.Â
Iya. Ramadan adalah momentum untuk memperbanyak ibadah. Sekaligus mengikis dosa-dosa.
Harapan tertingginya, bisa berjumpa dengan malam lailatul qadar. Malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Begitulah adanya. Bagi saya, Ramadan itu (kembali) belajar bersabar dan berhitung tentang waktu. Nah. Kalau makna Ramadan bagi Anda apa?
Salam
*mager (malas gerak)