"Benar juga, " kata sahabat saya. "Kebutuhan meningkat, jangan-jangan stok barangnya kurang? Yang jelas harga naik gara-gara semua orang belanja banyak."
"Eh? Kue apem pakai telur jugakah?" Tanya saya.
"Pakai. Eh? Pakai atau tidak, ya? Ealah. Kurang jelas juga aku. Hahaha ...."
Sembari ikut tertawa saya berkata, "Mau pakai mau tidak, yang jelas konon harganya ikut naik jelang Ramadan begini."
"Sudahlah. Intinya semua bahan pangan jelang Ramadan ganti harga. Dari rendah ke tinggi. Jangan lupa, selama Ramadan juga ada bukber. Ada takjilan di masjid-masjid," kata sahabat saya.
"Tapi aku tak pernah merasakan kalau harga-harga naik. Tahunya dari berita dan keluhan orang-orang. Heh, tapi mereka mengeluh sambil ngeborong."
"Alhamdulillah. Berarti kamu berkelimpahan rezeki," komentar sahabat saya.
"Hahaha .... Bukan begituuu. Aku tak tahu karena memang tak pernah belanja kayak orang-orang. Aku sehari-hari beli nasi. Enggak beli beras. Jadi, mana tahu fluktuasi harga-harga? Hahaha ...."
"Dasaaar."
Saya pun melanjutkan, "Kalau Ramadan, sebulan full kompor cuma buat masak air. Dekatku 'kan ada pasar sore. Komplet banget menunya."
"Lhah terus? Paket sembakomu diapain?"