Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Lebih Memahami Yogyakarta bersama Komunitas Malamuseum

18 Maret 2023   22:18 Diperbarui: 18 Maret 2023   23:58 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering menulis tentang Yogyakarta. Di Kompasiana, blog pribadi, dan medsos. Anda yang berteman dengan saya di medsos tentu tahu hal itu. Demikian pula jika Anda kerap membaca tulisan saya di Kompasiana.

Apakah penyebabnya saya *bucin parah kepada Yogyakarta? Sebenarnya tidak juga. Ini bukan semata-mata perkara cinta, melainkan tentang fakta. Faktanya, memang ada banyak cerita tentang Yogyakarta.

Cerita tentang apa saja. Dari zaman mana saja. Dari sisi mana pun.

Terlebih tahun-tahun belakangan ini ada romantisasi Yogyakarta yang tiada tara. Yang berdampak makin banyak orang, yang merasa perlu untuk membuat cerita di Yogyakarta. Entah cerita pilu, entah cerita rindu.
Harus diakui bahwa sejak dahulu, Yogyakarta telah banyak memahat kenangan indah di hati orang-orang. Sementara orang-orang tersebut tersebar di berbagai penjuru tanah air, bahkan luar negeri. Itu wajar. Sesuatu yang normal terjadi, seiring dengan sebutan Yogyakarta sebagai Indonesia kecil.

Jangan lupa. Di Yogyakarta ada UGM, yang para mahasiswanya berasal dari seluruh Indonesia. Bahkan, tak sedikit remaja dari luar pulau yang bersekolah di SMA/SMK di Yogyakarta.

Mereka rata-rata menjadi anak kos. Murni merantau. Tanpa ada sanak kerabat di Yogyakarta. Mereka belajar, bermain, dan memperjuangkan masa depan. Tentu beserta seluruh dinamikanya.

Usai kuliah mereka kemudian meninggalkan Yogyakarta. Ada yang kembali ke kampung halaman. Ada yang pindah kota perantauan demi kerjaan. Masing-masing pastilah membawa serta segudang kenangan dan pengalaman.

Seiring waktu berlalu, mereka rindu untuk kembali ke Yogyakarta. Rindu mengobrol di *angkringan. Mereka merasa ingin pulang ke kota tempat menghabiskan masa muda.

Kiranya itulah yang membuat Penyair Joko Pinurbo memproklamasikan bahwa Yogyakarta adalah tentang rindu, pulang, dan angkringan. Yang kemudian disambut khalayak dengan sukacita karena merasa nyambung.

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Perasaan rindu massal itu tersebar luas secara cepat di era internet. Terkhusus melalui medsos. Alhasil, Yogyakarta tumbuh menjadi kota tujuan wisata yang dirindukan. Menjadi favorit dan idaman banyak (calon) wisatawan.

Yang sudah pernah mengunjunginya merasa selalu ingin kembali. Yang belum pernah sampai terbawa-bawa ke dalam mimpi. Uniknya banyak orang merasa kangen berat pada Yogyakarta, padahal belum pernah satu kali pun berkunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun