Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Perhatikan 5 Hal Ini Jika Hendak ke Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta

14 Maret 2023   20:27 Diperbarui: 21 Maret 2023   21:21 3322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja depan masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)

Sebagaimana yang tertuang dalam tulisan sebelum ini, tempo hari saya ikutan CLICK Goes to Jogja bablas Solo. Destinasi pertamanya, yang ternyata menjadi satu-satunya destinasi bagi saya beserta Kak Mesha dan Kak Dian, adalah Masjid Raya Sheikh Zayed.

Berdasarkan pengalaman berkunjung tersebut, saya mencatat adanya hal-hal yang perlu diperhatikan jika hendak ke sana. Terlebih kalau tujuannya bisa mengeksplorasi dengan nyaman tanpa teguran satpam alias sekuriti.

Kolam depan masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)
Kolam depan masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)

Apa sajakah 5 hal itu? Mari simak penjelasan sebagai berikut.

1. PAKAIAN

Sudah saya informasikan dalam tulisan sebelum ini bahwa Kak Dian dan Kak Mesha menjalankan sebuah strategi jitu supaya diperbolehkan masuk ke area masjid. Yang satu memanfaatkan pasmina sebagai kerudung ala Bu Shinta istri Gus Dur. Satunya lagi mengenakan mukena sejak dari trotoar depan masjid.

Yup! Hal pertama yang wajib diperhatikan jika hendak ke Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta adalah perihal pakaian.

Pada dasarnya Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta boleh dikunjungi siapa saja. Termasuk oleh kalangan nonmuslim. Namun, syaratnya berpakaian yang rapi dan menutup aurat.

Dengan demikian, tak ada problem sama sekali bagi muslimah yang dalam kesehariannya berjilbab. Bagi yang berjilbab hanya dalam kesempatan tertentu, janganlah lupa bawa jilbab dari rumah. Pakai sebelum memasuki masjid. Atau, lebih afdal kalau dipakai sekalian dari rumah.

Bagian tengah masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)
Bagian tengah masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)
Bagaimana halnya jika lupa bawa? Tenang. Masih aman kalau ingat bawa mukena. Pakai saja mukena itu tatkala memasuki masjid. Satpam pasti membiarkan Anda melenggang santai di depannya.

Bagaimana kalau mukena pun tak bawa? Cuma pakai topi? Mau tak mau mesti kreatif. Atur topi dan pakaian sedemikian rupa hingga rambut Anda tertutup. Minimal agak tersembunyi. Tentu hal demikian berlaku jika Anda berjaket atau berbaju lengan panjang.

Bagaimana halnya kalau tak berjilbab, lupa bawa jilbab dari rumah, tidak bawa mukena, tidak pakai topi, serta tidak berjaket dan berbaju lengan panjang? Tenang. Masih bisa pinjam mukena teman. Kalau teman juga tak bawa, ya sudah. Berarti Anda belum beruntung.

Apakah untuk perempuan nonmuslim ada dispensasi? Kalau berdasarkan pengalaman saya dan Kak Dian, tidak ada. Aturan tetap sama dengan yang beragama Islam. Wajib berpakaian menutup aurat, lengkap dengan penutup kepala. Satpam sudah mengultimatum demikian, bahkan ketika kami baru saja tiba di trotoar depan masjid.

Adapun para tetangga Kak Mesha, yaitu ibu-ibu beragama Katolik yang berkunjung sehari setelah kunjungan kami, diizinkan masuk ke area masjid tanpa kerudung. Tentu tidak mungkin mereka menyelundup 'kan? Menyelundup tidak bakalan bisa dilakukan secara beramai-ramai.

Rupanya satpam yang kami jumpai tegas kaku. Sementara yang dijumpai para tetangga Kak Mesha lebih kooperatif.

Terkait aturan berpakaian, idealnya pengelola Masjid Raya Sheikh Zayed menyediakan kerudung yang bisa dipinjam atau dibeli. Jadi, orang yang betul-betul ingin masuk masjid tetap bisa masuk setelah meminjam atau membeli kerudung itu. 

Kalau pengelola masjid solutif begitu, orang yang jauh-jauh dari luar kota pasti tidak berpotensi kecewa hanya karena salah kostum.

Sepintas lalu aturan terkait pakaian itu biasa saja. Tidak diskriminatif. Akan tetapi, saya kemudian merasa bahwa kaum laki-laki lagi-lagi lebih diuntungkan. Entah muslim atau nonmuslim, asalkan berpakaian rapi dan sopan, baik dengan celana panjang maupun sarung, bisa lancar jaya masuk masjid tanpa penutup kepala. Termasuk kalau yang bersangkutan berambut super panjang sekalipun.

Saya kira ibu-ibu ... (Dokumentasi pribadi Agustina)
Saya kira ibu-ibu ... (Dokumentasi pribadi Agustina)
2. MUKENA

Jika berniat ikut shalat berjamaah di Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, bawalah mukena dari rumah. Jangan mengandalkan mukena untuk umum. Terlebih kalau Anda termasuk ke dalam golongan orang-orang yang benci mengantre.

Mukena untuk jamaah jumlahnya pastilah memadai. Akan tetapi, Masjid Raya Sheikh Zayed adalah masjid baru yang memikat banyak orang. Yang datang ke situ dengan niatan shalat berjamaah tentu banyak sekali.

Kalau tidak kebagian pinjaman mukena dari masjid 'kan mesti mengantre. Berarti sama saja tidak bisa ikut shalat berjamaah meskipun bisa menunaikan shalat di ruang utama.

Jadi, memang lebih baik bawa mukena dari rumah. Lagi pula kalau kemudian bernasib seperti saya dan kawan-kawan, pas selesai berwudu pas ruangan utama mulai disterilkan, ya terpaksa shalat di selasar. Mau tak mau mesti pakai mukena sendiri 'kan?

Dokumentasi pribadi Agustina)
Dokumentasi pribadi Agustina)
Kalau tak bawa, bisa kacaulah. Seperti yang saya alami tempo hari. Namun, tatkala itu saya beruntung karena Kak Mesha bawa mukena. Saya bisa pinjam darinya.

3. WAKTU KUNJUNGAN

Sebenarnya kita bebas hendak datang pukul berapa. Akan tetapi, kalau tujuan utama adalah ikut shalat fardu berjamaah atau minimal merasakan shalat di ruang shalat utama, silakan datang maksimal saat jelang azan.

Dengan demikian, Anda tidak perlu terburu-buru dan punya cukup waktu untuk menikmati detil keindahan masjidnya. Lagi pula, kurang lebih satu jam saja setelah azan, ruangan shalat utama akan disterilkan. Ditutup. Orang-orang yang belum shalat dipersilakan shalat di selasar.

Saya tidak tahu seberapa jauh jarak dari tempat wudu laki-laki ke ruangan utama shalat. Yang jelas, jarak antara tempat wudu perempuan ke ruang shalat perempuan di lantai dua cukup makan waktu. Terlebih tempo hari jamaah membludak.

Dari lantai satu ke lantai dua memang tersedia tangga dan lift. Namun, dari tempat wudu di basement ke lantai satu hanya ada tangga. Otomatis arus naik dan turunnya berjubel. Padat merayap.

4. ALAS KAKI

Saya kurang paham aturan terkait alas kaki di Masjid Raya Sheikh Zayed. Apakah memang dicopot dan ditinggal begitu saja di teras depan? Atau, disuruh meletakkan di rak-rak yang telah disediakan? Masalahnya, tempo hari saya tak melihat rak-rak sepatu untuk pengunjung (jamaah).

Daripada kepikiran soal keamanannya saat shalat, sepatu pun saya simpan di tas plastik dan saya bawa ke mana-mana. Termasuk ketika shalat di selasar.

Namun, saya kaget manakala membaca tulisan Pak Taufiek (sesama peserta CLICK Goes to Jogja bablas Solo). Rupanya alas kaki tak boleh dibawa masuk ke ruangan shalat meskipun telah terbungkus rapi.

Saya tentu tidak paham aturan itu. Saya selesai berwudu pada pukul satu lebih. Otomatis sudah tidak boleh masuk ke ruangan shalat utama. Namun, fakta ini menjadi catatan bila kelak saya berkesempatan datang lagi.

5. BARANG BAWAAN

Dari tulisan Pak Taufiek pula saya tahu bahwa selain alas kaki, ada beberapa benda yang juga terlarang dibawa ke ruangan utama shalat. Di antaranya korek api, makanan, dan minuman.

Terutama Anda yang perokok, perlu sekali mengingat-ingat pantangan membawa korek api itu. Kiranya bisa dititipkan dahulu pada satpam yang berjaga di depan.

Penutup

Itulah 5 hal yang perlu diperhatikan jika hendak berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta. Terlebih kalau ingin merasakan shalat berjamaah di situ. Plus mengeksplorasi seantero area masjid dengan nyaman.

Tak perlu khawatir kehausan dan kelaparan walaupun tak bawa bekal dari rumah. Di sekitar masjid tersebut ada banyak penjual makanan dan minuman. Yang penting bawa uang tunai yang memadai.

Yang unik, tepat di depan Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta itu terdapat sebuah gereja. Saya sadarnya justru ketika sedang duduk-duduk di halaman masjid.

Gereja depan masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)
Gereja depan masjid (Dokumentasi pribadi Agustina)
Baik. Sekian cerita tentang pengalaman saya ketika berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta. Sebuah masjid indah yang merupakan kado persahabatan dari Pangeran Uni Emirat Arab, Syeikh Mohamed bin Zayed al Nahyan, kepada Presiden Jokowi.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun