Bagaimana halnya kalau tak berjilbab, lupa bawa jilbab dari rumah, tidak bawa mukena, tidak pakai topi, serta tidak berjaket dan berbaju lengan panjang? Tenang. Masih bisa pinjam mukena teman. Kalau teman juga tak bawa, ya sudah. Berarti Anda belum beruntung.
Apakah untuk perempuan nonmuslim ada dispensasi? Kalau berdasarkan pengalaman saya dan Kak Dian, tidak ada. Aturan tetap sama dengan yang beragama Islam. Wajib berpakaian menutup aurat, lengkap dengan penutup kepala. Satpam sudah mengultimatum demikian, bahkan ketika kami baru saja tiba di trotoar depan masjid.
Adapun para tetangga Kak Mesha, yaitu ibu-ibu beragama Katolik yang berkunjung sehari setelah kunjungan kami, diizinkan masuk ke area masjid tanpa kerudung. Tentu tidak mungkin mereka menyelundup 'kan? Menyelundup tidak bakalan bisa dilakukan secara beramai-ramai.
Rupanya satpam yang kami jumpai tegas kaku. Sementara yang dijumpai para tetangga Kak Mesha lebih kooperatif.
Terkait aturan berpakaian, idealnya pengelola Masjid Raya Sheikh Zayed menyediakan kerudung yang bisa dipinjam atau dibeli. Jadi, orang yang betul-betul ingin masuk masjid tetap bisa masuk setelah meminjam atau membeli kerudung itu.Â
Kalau pengelola masjid solutif begitu, orang yang jauh-jauh dari luar kota pasti tidak berpotensi kecewa hanya karena salah kostum.
Sepintas lalu aturan terkait pakaian itu biasa saja. Tidak diskriminatif. Akan tetapi, saya kemudian merasa bahwa kaum laki-laki lagi-lagi lebih diuntungkan. Entah muslim atau nonmuslim, asalkan berpakaian rapi dan sopan, baik dengan celana panjang maupun sarung, bisa lancar jaya masuk masjid tanpa penutup kepala. Termasuk kalau yang bersangkutan berambut super panjang sekalipun.
2. MUKENA
Jika berniat ikut shalat berjamaah di Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, bawalah mukena dari rumah. Jangan mengandalkan mukena untuk umum. Terlebih kalau Anda termasuk ke dalam golongan orang-orang yang benci mengantre.
Mukena untuk jamaah jumlahnya pastilah memadai. Akan tetapi, Masjid Raya Sheikh Zayed adalah masjid baru yang memikat banyak orang. Yang datang ke situ dengan niatan shalat berjamaah tentu banyak sekali.
Kalau tidak kebagian pinjaman mukena dari masjid 'kan mesti mengantre. Berarti sama saja tidak bisa ikut shalat berjamaah meskipun bisa menunaikan shalat di ruang utama.
Jadi, memang lebih baik bawa mukena dari rumah. Lagi pula kalau kemudian bernasib seperti saya dan kawan-kawan, pas selesai berwudu pas ruangan utama mulai disterilkan, ya terpaksa shalat di selasar. Mau tak mau mesti pakai mukena sendiri 'kan?
Kalau tak bawa, bisa kacaulah. Seperti yang saya alami tempo hari. Namun, tatkala itu saya beruntung karena Kak Mesha bawa mukena. Saya bisa pinjam darinya.