Dua pagi yang lalu, saat membuka aplikasi Tiktok, di linimasa lewat VT yang narasinya begini, "Mengikuti petunjuk Bapak Gubernur NTT, hari ini kami masuk sekolah pukul 5 pagi."
Visualnya menampakkan adegan dua remaja cowok yang berdiri di depan sebuah bangunan. Posisi mereka di luar halaman yang berpagar rendah.
Seragam keduanya berbeda. Yang satu berseragam pramuka. Satunya lagi berseragam putih abu-abu. Masing-masing kemudian berjalan menuju arah yang berlainan.
Semula saya kira itu VT candaan. Masak iya sih, pergi ke sekolah Subuh-subuh? Setelah baca komentar-komentar, baru saya paham kalau ternyata VT tersebut serius.
Pikiran saya seketika merespons, "Bukan main NTT. Para remaja pelajarnya terlalu rajin dan penuh semangat. Buktinya tidak ada yang protes disuruh masuk Subuh-subuh."
Namun, saya salah duga. Malamnya saat mendengarkan RRI pro 3, saya tahu bahwa kebijakan "menakjubkan" itu rupanya menuai protes juga. Wajarlah. Sudah pasti respons terhadap sebuah kebijakan yang kurang lazim ya begitu itu.
Iya. Saya menilai kebijakan masuk sekolah pukul 5 adalah kebijakan kurang lazim dan meresahkan. Mengapa meresahkan? Sebab berpotensi mengobrak-abrik jadwal harian kehidupan keluarga siswa. Terutama jadwal aktivitas rutin di pagi hari.
Di samping itu, berpotensi mengacaukan kerja organ tubuh siswa. Yang ujungnya tentu saja kesehatan siswa terganggu, baik kesehatan fisik maupun psikis.
Kalau alasannya demi mendisiplinkan siswa, agar siswa terbiasa bangun awal dan lebih rajin belajar, sehingga prestasi akademi melejit, hmm .... Apa iya? Apa memang tak ada cara lain selain masuk sekolah pukul 5 pagi?
Pengalaman Saya, Pengalaman Anak