Perlu diketahui bahwa Kelenteng Poncowinatan dipergunakan sebagai tempat pemujaan untuk tiga agama (Tri Dharma). Ketiganya adalah Buddha, Konghucu, dan Taoisme. Dengan demikian, 17 altar pemujaan yang terdapat di Kelenteng Poncowinatan berasal dari tiga ajaran tersebut.
Adapun yang menjadi tuan rumah Kelenteng Poncowinatan adalah Dewa Keadilan (Kwan Tie Koen), yang patungnya terletak di ruangan suci utama. Mengapa Dewa Keadilan yang menjadi tuan rumah? Karena kebetulan yang membangun Kelenteng Poncowinatan adalah orang-orang Tionghoa yang bersembahyang kepada Dewa Keadilan.
Menurut sejarah Tionghoa kuno, Dewa Kwan Tie Koen  itu dahulunya seorang jenderal perang yang jujur, adil, dan setia. Sebab sikap mulianya tersebut, ia kemudian diangkat sebagai Dewa Keadilan.
Lalu, ada apa dengan alas kaki? Apa hubungannya dengan Dewa Keadilan?
Sesungguhnya saya tak hendak bercerita mengenai hubungan di antara keduanya. Di sini saya hanya akan menjelaskan mengapa kami tetap memakai alas kaki saat berfoto di dalam kelenteng ini.
Â
Semula kami hendak mencopot alas kaki. Akan tetapi, pihak Kelenteng Poncowinatan mempersilakan kami tetap memakai alas kaki. Alasannya, tidak ada batas suci di kelenteng tersebut.
Dengan demikian, andai kata Anda pernah punya pengalaman berbeda di kelenteng lain, mohon jangan bersikap julid ketika melihat foto kami di atas. Ada "dasar hukum" jelas bagi pose kami tersebut, kok.
***
Demikian cerita saya dalam rangka Imlek Click tentang kelenteng (vihara) yang lokasinya dekat dengan stasiun kereta. Semoga mengesankan dan berfaedah. Selamat menyambut Imlek tahun ini.
Salam.