Ada referensi yang menyebutkan bahwa Kelenteng Poncowinatan dibangun pada tahun 1879. Yang lainnya menyebutkan pada tahun 1881. Yang akhirnya membuat saya berpikir, mungkin mulai dibangunnya tahun 1879 dan selesai (mulai dipakai) pada tahun 1881.
Yang pasti, dibangunnya ketika era pemerintahan Sultan HB VII dan bersamaan dengan masa pembangunan Stasiun Tugu Yogyakarta. Bahkan sesungguhnya, Klenteng Poncowinatan dibangun di atas tanah hibah dari Sultan HB VII.
Tatkala itu beliau selaku penguasa tertinggi Kraton Yogyakarta menetapkan daerah Poncowinatan sebagai kawasan Pecinan. Area tempat tinggal warga Tionghoa. Itulah sebabnya Kelenteng Poncowinatan dibangun menghadap ke selatan, berhadapan dengan Kraton Yogyakarta, sebagai sebentuk penghormatan. Â
Â
Kelenteng Poncowinatan adalah kelenteng tertua sekaligus terluas di Kota Yogyakarta. Halaman depannya luas. Bangunannya juga luas. Bahkan, bangunan yang bagian utara berlantai dua. Bagian atas itu sebagai tempat pemujaan untuk Dewa Langit.
Bangunan kelenteng ini berbentuk persegi panjang, yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa ruangan. Â Sebagai pusatnya adalah ruangan suci utama. Di ruangan ini terdapat Patung Dewa Keadilan (Kwan Tie Koen), lonceng, beduk, dan segenap peranti peribadatan lainnya.
Â
Â
Di sekeliling ruangan suci utama ada ruangan-ruangan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa. Plus ruangan yang difungsikan sebagai gudang dan kamar untuk penjaga kelenteng.
Terusterang saja saya belum paham sepenuhnya dengan Kelenteng Poncowinatan. Masih banyak hal yang ingin saya ketahui dan tanyakan tentangnya. Semoga segera ada Kelas Heritage yang bertemakan Kelenteng Poncowinatan ini.
Tentang Dewa Tuan Rumah dan Alas Kaki