Seperti sekarang. Saya sedih sebab tak bisa terlibat langsung dalam kelana masa depan di Kompasianival 2022 di Jakarta sana. Karena bagi saya, acara tersebut merupakan salah satu cara untuk merayakan hidup. Terkhusus hidup sebagai seorang kompasianer.
Sementara berita pembunuhan di Magelang seperti mengerdilkan makna hidup. Bikin frustrasi. Seolah-olah mewartakan bahwa nyawa manusia dan kehidupan bukan lagi sesuatu yang berharga, Â padahal hidup merupakan anugerah besar-Nya untuk manusia.
Saya tahu bahwa dinamika hidup tak selamanya terasa menyenangkan. Nasib manusia memang berlainan 'kan? Saya pun tahu bahwa nasib adalah kesunyian masing-masing. Sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh Chairil Anwar.
Akan tetapi, alangkah lebih baik kalau kesunyian itu bisa kita rekayasa menjadi kesunyian yang indah. Bukan malah kita jadikan sarana untuk memperpahit hidup.
Ya, Tuhan. Sepagi ini di tengah hujan yang menderas, mengapa saya mesti terjebak dalam perenungan rumit begini? Hmm. Mungkin ini semacam igauan sebab mimpi saya menghadiri Kompasianival 2022 tak bisa jadi nyata.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H