Kamu punya pengalaman menarik selama menjadi kompasianer? Yuk, ceritakan dalam bentuk tulisan dalam rangka memeriahkan HUT Kompasiana di tahun ini.
Saat membaca pertanyaan sekaligus ajakan dari KJOG - Kompasianer Jogja itu, ingatan-ingatan saya tentang masa lalu seketika berkelebat-kelebat. Tentu masa lalu yang saya maksudkan adalah sederet pengalaman dari tahun ke tahun, baik manis maupun pahit, sebagai kompasianer.
Eh?! Ralat, deh. Rasanya kurang tepat kalau disebut pahit. Pengalaman menjadi kompasianer memang tak selamanya manis. Namun, yang tidak manis itu pun tidak bisa serta-merta disebut pahit. Karena faktanya, ya memang tak pahit-pahit amat.
Ah, sudahlah. Mari lupakan yang pahit-pahit. Kita kenang saja yang manis-manis. Lagi pula, sesuai dengan tema yang ditentukan Event KJog 'kan? Hehehe ....
Sejak Kapan Menjadi Kompasianer?
Jika ditanya sejak kapan menjadi kompasianer, saya cenderung tidak bisa menjawab secara tepat. Yang jelas sudah lama sekali. Mungkin sejak 2017 atau malah sebelumnya.
Adapun 2017 muncul di ingatan karena pada tahun itu, saya ikut mendapat giliran menjaga stan KJOG -Kompasianer Jogja dalam acara ICD (Indonesia Community Day) 2017.
Acara yang berlangsung di Plaza Ngasem Yogyakarta itu dihadiri oleh para kompasianer dari berbagai kota. Yang saya ingat, mereka sangat antusias saling bertegur sapa. Ada pula yang cipika-cipiki. Maklumlah, ya. Biasanya 'kan cuma bertegur sapa melalui tulisan.
Apakah saya ikut antusias? Nah. Di sinilah menariknya. Sebagai pendatang baru yang sesungguhnya tidak baru-baru amat (tetapi kuper), saya hanya menjadi pengamat.
Iya. Saya mengamati saja sambil senyum-senyum sendiri. Mana bisa senyum diwakilkan toh?
O, ya. Terkait kekuperan, itu terjadi karena saya pendatang baru sekaligus nyaris tak pernah menulis di Kompasiana. Yang berarti kuper alias kurang bergaul dengan sesama kompasianer.
Jadi, pada saat pelaksanaan ICD 2017 saya bagaikan rusa masuk kampung. Sedikit celingak-celinguk meskipun tetap berusaha menegakkan wibawa sebagai penjaga stan. Hahaha!
Tahu Kompasiana dari Siapa?
Kalau ditanya, "Tahu Kompasiana dari mana? Dari siapa?" Saya akan menjawab dengan mantap, "Dari Mbak Vika."
Mbak Vika, salah satu pengurus KJog itu, entah menyadari atau tidak kalau dirinyalah yang membuat saya menjadi kompasianer.
Andai kata dahulu ia tak mengajak saya untuk gabung di KJog, bisa jadi sekarang saya bukanlah seorang kompasianer. Saya ingat betul. Saat diajak itu, saya belum tahu tentang Kompasiana. Otomatis belum punya akun, bahkan belum pernah baca-baca artikel yang ada di situ.
Itu sungguh ajakan yang berfaedah. Bermula dari sapaan basa-basi, tetapi ujungnya eksistensi saya sebagai kompasianer.
Iya, lho. Betulan basa-basi. 'Kan saat itu baru kenalan juga dengan Mbak Vika. Kenalannya pun karena sama-sama sebagai narablog yang menghadiri undangan sebuah acara.
Sungguh. Hidup memang serba tak terduga.
3 Kisah Manis sebagai Kompasianer
MENANG BLOG CHALLENGE
Bermula dari ajakan Mbak Vika, akhirnya saya bikin akun di Kompasiana dan mulai menulis. Walaupun sebelumnya saya sudah sering menulis, baik di blog pribadi maupun untuk keperluan dikirim ke media massa cetak dan penerbitan, tetap saja ada rasa minder di hati.
Entah mengapa tatkala itu saya merasa tulisan para kompasianer "seram-seram" sekali. Bikin grogi pokoknya. Sementara tipe tulisan saya cenderung remeh-temeh.
Akan tetapi, ketika ICD 2017 diselenggarakan di Yogyakarta dan KJog mengadakan Blog Challenge "Jogja Istimewa", saya bersemangat sekali untuk mengikutinya.
Yeah! Walaupun beberapa kali mematahkan hati dan asa saya, Yogyakarta tetaplah Yogyakarta yang senantiasa istimewa bagi saya. Jadi, mana mungkin saya melewatkan Blog Challenge tersebut?
Alhamdulillah saya sukses menyusun sebuah tulisan sesuai tema. Bahkan, berhasil menjadi salah satu dari 3 pemenang. Yup! Ini kisah manis pertama sebagai kompasianer.
Saya senang menerima hadiahnya dan merasa jauh lebih senang karena menyadari bahwa kemenangan tersebut ternyata menaikkan kepercayaan diri saya untuk menulis di Kompasiana. Ini poin terpentingnya. Ternyata saya bisa!
SUKSES MEMENANGKAN COKELAT TURKI
Inilah kisah manis kedua. Saya sukses mencapai target memenangkan cokelat Turki, dalam sebuah blog challenge yang diselenggarakan Click Kompasiana.
Wah, sebelumnya saya betul-betul tegang menantikan pengumuman pemenangnya. Mengapa? Karena saya mengikuti blog challenge bertema kereta api itu demi anak.
Kebetulan anak saya ikut membaca-baca Kompasiana dan ia menemukan informasi blog challenge berhadiah cokelat Turki. Rupanya ia berminat sekali. Jadi, ia menyuruh saya ikutan dengan target memenangkan si cokelat Turki.
Saya sanggupi. Tentu dengan perjanjian, andai kata target gagal tercapai, ia tidak boleh kesal atau memarahi saya.
Anak saya setuju. Saya pun percaya bahwa dia tak akan marah-marah meskipun gagal memenangkan cokelat Turki. Namun, tetap saja saya tegang bukan main. Justru saya yang kemudian merasa wajib memenangkannya supaya anak senang.
Alhamdulillah harapan kami dikabulkan-Nya. Cokelat Turki hadiah dari Click Kompasiana mendarat mulus di alamat kami. Saya lega bukan main. Plus bahagia sekali karena anak saya membawanya ke sekolah.
Tahukah Anda? Rupanya cokelat istimewa tersebut menjadi cokelat persahabatan.
Kebetulan saat itu anak saya masih PTM (Pembelajaran Tatap Muka) Terbatas. Yang berarti setelah setahun penuh menjalani hari-hari sebagai siswa baru dengan belajar daring, kemudian berkesempatan tatap muka dengan kawan-kawan barunya.
Nah! Kepada beberapa teman yang punya jadwal PTM Â sama dengannya itulah, anak saya berbagi cokelat Turki. Sebuah momentum yang manis sekali 'kan?
MENJADI ARTIKEL REFERENSI
Kisah manis ketiga saya temukan ketika berselancar di internet dan menemukan nama saya tercantum dalam daftar pustaka sebuah buku berbahasa Inggris. O la la! Rupanya tulisan saya tentang Malioboro dijadikan referensi penulisan buku itu.
Perlu diketahui, tulisan itu merupakan tulisan yang menjadi pemenang blog challenge "Jogja Istimewa" (silakan lihat lagi kisah manis pertama di atas).
Penutup
Demikianlah 3 kisah manis yang saya alami selama menjadi Kompasianer. Sungguh menyenangkan. Â
Namun, ada pula sisi yang mengharukan. Begini. Pada akhirnya sekarang saya berkesempatan menulis tentang ICD 2017 walaupun tak detil. Dahulu memang pernah berencana untuk menuliskannya di Kompasiana, tetapi lupa.
Ternyata, o, rupanya. Baru pada HUT Kompasiana tahun ini kesempatan tersebut tiba. Setelah menjadi kenangan. Setelah berstatus sebagai koleksi kisah manis saya saat mengikuti Event KJog.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H