Saya sanggupi. Tentu dengan perjanjian, andai kata target gagal tercapai, ia tidak boleh kesal atau memarahi saya.
Anak saya setuju. Saya pun percaya bahwa dia tak akan marah-marah meskipun gagal memenangkan cokelat Turki. Namun, tetap saja saya tegang bukan main. Justru saya yang kemudian merasa wajib memenangkannya supaya anak senang.
Alhamdulillah harapan kami dikabulkan-Nya. Cokelat Turki hadiah dari Click Kompasiana mendarat mulus di alamat kami. Saya lega bukan main. Plus bahagia sekali karena anak saya membawanya ke sekolah.
Tahukah Anda? Rupanya cokelat istimewa tersebut menjadi cokelat persahabatan.
Kebetulan saat itu anak saya masih PTM (Pembelajaran Tatap Muka) Terbatas. Yang berarti setelah setahun penuh menjalani hari-hari sebagai siswa baru dengan belajar daring, kemudian berkesempatan tatap muka dengan kawan-kawan barunya.
Nah! Kepada beberapa teman yang punya jadwal PTM Â sama dengannya itulah, anak saya berbagi cokelat Turki. Sebuah momentum yang manis sekali 'kan?
MENJADI ARTIKEL REFERENSI
Kisah manis ketiga saya temukan ketika berselancar di internet dan menemukan nama saya tercantum dalam daftar pustaka sebuah buku berbahasa Inggris. O la la! Rupanya tulisan saya tentang Malioboro dijadikan referensi penulisan buku itu.
Perlu diketahui, tulisan itu merupakan tulisan yang menjadi pemenang blog challenge "Jogja Istimewa" (silakan lihat lagi kisah manis pertama di atas).
Penutup
Demikianlah 3 kisah manis yang saya alami selama menjadi Kompasianer. Sungguh menyenangkan. Â