Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Beberapa Catatan untuk Bloger di Ujung Bulan Bahasa 2022

31 Oktober 2022   23:48 Diperbarui: 1 November 2022   00:16 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tak terasa ya, tahu-tahu Oktober sudah berada di ujungnya. Dalam hitungan jam, November bakalan tiba. Jadi, sebelum tengah malam saya wajib menayangkan tulisan ini. Tentu tujuannya agar masih terangkut dalam gerbong Bulan Bahasa 2022. Senyampang ada momentumnya 'kan? Hehehe ....

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tatkala sedang masygul gara-gara usai berkunjung ke beberapa blog dan menjumpai penggunaan "di" yang terbolak-balik dengan "di-", topik pilihan Kompasiana terkait Bulan Bahasa 2022 seperti menyuruh saya untuk menuliskan kemasygulan itu.

Bloger dan Kaidah Berbahasa Indonesia

Ada benang merah antara kemasygulan saya dengan topik pilihan Kompasiana "Kaidah Berbahasa Hari Ini Kian Memudahkan Pekerjaan Bloger". Apa benang merahnya? Tak lain dan tak bukan, keduanya sama-sama bikin saya masygul.

Fakta bahwa sebagian bloger masih bingung dengan cara penulisan "di" sebagai kata depan (misalnya "di rumah") dan "di-" sebagai imbuhan (misalnya "dibuang") amat meresahkan. Betapa tidak?

Seorang bloger atau narablog itu 'kan akrab dengan dunia tulis-menulis. Kok bisa-bisanya untuk kaidah paling dasar seperti itu sampai belum paham? Sungguh memprihatinkan.

Karena dalam konteks ini kita tinggal di Indonesia, notabene segala macam urusan mempergunakan bahasa Indonesia, baik dalam ragam tulis maupun ragam lisan.

Nah! Sebab berkiprah melalui tulisan, otomatis bloger mesti menguasai aturan-aturan berbahasa Indonesia dalam ragam tulis. Mau tidak mau, berani menjadi bloger berarti bersedia memahami EYD dan KBBI. Terutama untuk hal-hal mendasar seperti "di" dan "di-".

Masak sih, seorang bloger dari tahun ke tahun tahunya "di dorong"? Mengapa tidak kunjung paham kalau yang benar "didorong"? Mengapa pula selalu memilih "frustasi", kalau yang baku "frustrasi"?

Apakah sesulit itu untuk memahami EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)? Katanya bahasa Indonesia sepele dan mudah? Kok faktanya masih salah-salah ketika menggunakannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun