Saya terpaku lama di depan etalase yang memajang mainan keren itu. Ckckck! Luar biasa. Mobil-mobilan terbagus milik adik saya saja masih kalah keren.Â
Saya juga terpaku lama di depan etalase yang memajang koleksi kamera. Wah! Walaupun zadoel, aura keren kamera-kamera itu tetap memancar. Sudah pasti sebanding dengan harganya yang tak murah.Â
Di etalase yang sama tersimpan pula beberapa buku tentang fotografi. Yang seolah-olah menegaskan bahwa beliau memang penyuka fotografi.Â
Selain mobil-mobilan dan kamera keren, ada pula satu etalase penuh yang berisi peralatan masak dan makan. Itulah peranti yang dahulu dipergunakan untuk menyiapkan hidangan keseharian beliau.
Sudah pasti ada benda-benda terkait kepanduan (kepramukaan). Antara lain senter model zadoel dan tali putih khas pramuka yang dahulu beliau pakai dalam aktivitas pramuka. Seragam pramuka beserta kelengkapannya juga ada.Â
Di salah satu sudut ruangan terbingkai foto perangko berukuran besar. Perangko itu memuat gambar istimewa, yaitu wajah Sultan Hamengku Buwono IX dalam kostum pramuka.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX memang aktivis pramuka sejak muda. Pencetus nama pramuka (semula pramuka disebut pandu) pun beliau. Terinspirasi dari kata dalam bahasa Jawa 'poromuka', yang berarti pasukan terdepan dalam perang.Â
Beliau pernah menjadi Ketua Kwartir Nasional selama 4 periode (1961-1974). Bahkan, pada tahun 1973 menerima Bronze Wolf Award. Itu merupakan penghargaan tertinggi dari WOSM (World Organization of the Scout Movement) atau Organisasi Kepanduan Internasional.
Tak mengherankan jika dalam Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka 1988 di Dilli, Timor Timur, raja kesembilan Yogyakarta itu ditetapkan secara resmi sebagai Bapak Pramuka Indonesia.
Masih adakah koleksi lainnya? Masih, dong.Â