Rasa heran tak saya turutkan karena kemudian kami sibuk mencari posisi buat salat. Ternyata tak ada tempat yang muat berjejeran. Teman saya mendapatkan tempat duluan.
Saya masih berdiri mencari-cari ketika orang-orang mendadak heboh. Barisan yang berdiri kian banyak. Yang semula duduk, kemudian banyak yang berdiri. Saya kepo, dong. Ada apa?
Setelah tahu kalau mereka heboh karena Presiden Jokowi telah tiba, saya kaget campur senang. Lalu, otomatis bergabung di barisan yang sedari tadi antusias berdiri menanti.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Siapa yang menyangka bahwa sore itu keinginan saya untuk melihat Pak Jokowi secara langsung bisa terwujud?
Dari rumah niat saya lillahi ta'ala untuk mengikuti prosesi pelepasan jenazah Buya Syafii ke peristirahatan terakhir. Sama sekali tak tahu kalau Presiden RI akan hadir.
Alhamdulillah. Dengan demikian, niat saya datang takziah terjaga. Semata-mata karena Allah SWT, demi memberikan penghormatan terakhir kepada salah satu hamba terbaik-Nya, yang ditugaskan-Nya sebagai salah satu guru bangsa bagi bangsa Indonesia.
Coba kalau saya tahu informasi perihal kedatangan presiden? Pasti niat saya bakalan terdistraksi. Mau melihat Buya Syafii untuk yang terakhir kalinya (sekaligus yang pertama) atau mau melihat Pak Jokowi?
BUYA SYAFII BERBONUS PAK JOKOWI
Pada akhirnya saya bisa melihat Buya Syafii. Walaupun cuma bisa melihat siluet jenazah beliau yang tertutup kain hijau, perasaan saya telah cukup membuncah. Saya betul-betul mensyukurinya.