Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Paranoia", Ketakutan Kita, dan Pesona Nicholas Saputra

4 Desember 2021   18:01 Diperbarui: 4 Desember 2021   18:05 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya dari segi sinematografi, saya pikir film ini penting dan menarik. Apa alasannya? Karena setelah menontonnya, saya menjadi teringat pada isu-isu terkait KDRT dan kesehatan mental. 

Bukankah perilaku semua tokoh tak terlepas dari keadaan batin masing-masing? Dina yang melarikan diri dari sang suami tak dapat disalahkan begitu saja. Kecuekan dan kejutekan Laura tak terlepas dari kondisi yang dihadapi plus terkait dengan usianya. Gion tak bisa serta-merta disebut sebagai tokoh antagonis. Raka yang beranjak menjadi pelindung Dina dan Laura pun tak bisa begitu saja disebut protagonis. 

Nirina dan Lukman memainkan peran mereka dengan sangat baik. Caitlin tak jauh beda. Indikator yang saya pakai simpel saja. Gerak-gerik dan kelakuan Laura yang hampir berusia 17 tahun, yang diperankannya, plek ketiplek anak saya yang tempo hari baru bikin KTP.  

Hanya saja menurut saya, postur dan wajahnya terlalu Eropa kalau menjadi anak dari Dina dan Gion. Selain itu cara berpakaiannya terlalu terbuka di sepanjang waktu, untuk ukuran remaja Indonesia pada umumnya.

Bagaimana dengan Nicho? Terusterang saja bagi saya, karakter Raka tak menorehkan kesan mendalam. Eksistensinya sebagai orang yang tengah berjuang untuk berdamai dengan masa lalunya kurang terlihat. Kegundahannya sebagai ayah yang kehilangan/terjauhkan dari anak kurang terdeskripsikan dari sikapnya.

Jadi, yang saya rasakan begini. Datang ke bioskop sebab penasaran dengan peran dan akting Nicholas Saputra. Pulangnya malah kesengsem pada Gion. Sayang sekali pemeran Gion, yaitu Lukman Sardi, tidak ikut hadir. Tak bisa say hello dan minta fotbar beliau, deh.  Syukurlah bisa berfoto bareng Mbak Mira dan Bang Nicho (tapi Bang Nicho-nya dalam bentuk poster).

Dokpri
Dokpri

Begitulah. Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, Paranoia berkisah tentang hidup yang acap kali mesti dijalani dengan perasaan-perasaan rumit. Tumpang tindih antara yang baik dan buruk. Tak bisa ditarik garis tegas antara yang antagonis dan protagonis. 

Iya. Sejujurnya Paranoia memang tak semendebarkan teaser-nya yang lewat di linimasa medsos. Namun, tetap amat layak ditonton sebagai bahan renungan dan (tentu saja) hiburan berfaedah. Terlebih bagi para penggemar garis keras Nicholas Saputra.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun