Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, dan hobi blusukan ke tempat unik.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Paranoia", Ketakutan Kita, dan Pesona Nicholas Saputra

4 Desember 2021   18:01 Diperbarui: 4 Desember 2021   18:05 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menahan napas ketika melihat adegan Dina mengemudikan mobil dan menabrak kucing hingga mati. Pertanda buruk apakah itu? 

Di kemudian waktu diketahui bahwa sesuatu yang buruk itu ternyata bebasnya Gion (Lukman Sardi), suami Dina, dari penjara. Iya. Baik bagi Gion, tetapi buruk bagi Dina. Mengapa? Hmm. Sebaiknya Anda sekalian langsung menonton filnya saja, deh. Hehehe ....

Singkat cerita, ini memang film thriller. Percayalah. Tiada satu unsur dedemit pun yang terlibat. Hanya saja sejak pertengahan hingga akhir film, kadar mendebarkannya tereduksi oleh kilatan bibit-bibit asmara antara Raka dan Dina. Malah semula plus Laura juga.

Sementara sesuai dengan judulnya, Paranoia sebenarnya berkisah tentang ketakutan yang akut. Dalam hal ini ketakutan yang mendera Dina, baik ketakutannya terhadap Covid-19 maupun Gion. Bahkan, kemudian Dina mengaku kepada Raka (Nicholas Saputra) bahwa ia lebih takut kepada Gion daripada takut terpapar virus corona.

Kiranya apa yang dialami Dina jamak terjadi di dunia nyata. Tak sedikit orang mengalami trauma terhadap seseorang. Merasa sedemikian takut dan terteror, padahal mestinya seseorang itu melindungi dan menyayangi. 

Di sisi lain, ada orang-orang seperti Gion. Dapat bersikap sedemikian kejam. Posesif terhadap istri, tetapi luwes melakukan KDRT. Terbiasa tega melakukan kekerasan demi mencapai tujuan di balik penampilan normalnya.

Di sisi lainnya lagi, betapa kadangkala kita dapat merasa nyaman dan percaya kepada orang yang baru dikenal. Seperti halnya Dina dan Laura yang cepat akrab dengan Raka.

Keparnoan Dina. Kesadisan Gion. Keacuhtakacuhan Laura sebagai remaja. Semua merupakan hal-hal yang dekat dengan keseharian kita. Faktanya karakter-karakter begitu memang ada di kehidupan nyata. Bahkan mungkin, saya atau Anda adalah salah satunya. Poin inilah yang menurut saya, bisa mengikat penonton. 

Terlebih situasi pandemi dijadikan latar waktu dan pembebasan para napi akibat pandemi itu dijadikan pemicu menguatnya keparnoan Dina. Bukan sekadar "ditempelkan" agar terkesan selaras dengan kabar terkini. 

Dengan demikian, mau tak mau saya dan penonton lainnya merasa nyambung dengan isi cerita. Sama dengan Dina, kami juga mengalami paranoia sesuai kadar takut masing-masing. 

Tanpa diteror sosok semacam Gion pun pandemi sudah bikin gila. Jika ada tambahan teror sebagaimana yang dialami Dina, tentu potensi bikin gilanya meningkat. Sementara pandemi wajib dihadapi dengan kondisi sehat lahir dan batin. Fisik dan psikis mesti sama-sama prima agar kita senantiasa baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun