Adapun informannya ya tetangga Heri sendiri. Si tetangga itulah yang kebetulan dijumpai oleh bapak intel. Yang menjawab pertanyaan-pertanyaan interogasi dengan lugas. Tanpa tahu kalau sedang diinterogasi. Adapun si tetangga itu adalah ... saya!
Sejujurnya saya merasa dilematis. Hendak bersyukur sebab Heri gagal digerebek kok rasanya gimana? Hendak merasa bersalah sebab menyebabkannya buru-buru pulang kampung kok ya gimana? Entahlah. Semoga Dia Yang Maha Pengertian mengampuni saya. Â
O, ya. Di kemudian hari saya akhirnya juga tahu bahwa Heri ternyata adalah copet yang pernah duduk di samping saya. Beberapa tahun sebelum kami tetanggaan, ketika saya terpaksa bolos kuliah sebab Heri dan gerombolannya membuat orang satu bus kota singgah berjam-jam di salah satu polsek. Â
Kisahnya bisa dibaca di sini.
Sekian kisah pengalaman saya bertetangga dengan keluarga copet. Semoga dapat diambil hikmahnya. Terutama dari respons bijaksana ustaz kampung yang kami mintai konsultasi.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H