Kami pun mesti berterima kasih kepada Mas Hendra. Berkat pertanyaannya yang bertubi-tubi kepada Pak Nanang, akhirnya banyak cerita bermanfaat yang dapat kami ambil dari kompasianer yang nakes tersebut. Sesuai dengan kapasitasnya sebagai nakes itulah, Pak Nanang kemudian menjelma jadi narasumber. Hehehehe ....
***
Ada satu cerita "keberuntungan" di balik kedukaan kompasianer Siti Rohmadiah. Ia ditinggal wafat sang ibu pada Ramadan lalu. Entah dari mana almarhumah tertular. Sementara adik-adik Mbak Siti, yang serumah dengan sang ibu, dalam kondisi sehat (terkonfirmasi negatif).
Sang ibu sempat beberapa hari dirawat di rumah sakit. Pada hari terakhir almarhumah, Mbak Siti sempat meminta tolong perawat jaga untuk melakukan video call dengan sang ibu. Posisi mereka terhalang dinding kaca.
Tak berselang lama si perawat memintanya membimbing sang ibu untuk melafalkan asma-Nya. Sang ibu rupanya sedang berhadapan dengan ajal. Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. Demikian cepat kejadiannya .... Â
Seusai Mbak Siti Rohmadiah berbagi cerita, Pak Nanang berkata, "Anda termasuk beruntung karena bisa mendampingi ibu pada detik-detik terakhir hidupnya. Sebab banyak sekali pasien yang semula dalam kondisi stabil, tahu-tahu langsung drop. Contohnya yang saya hadapi barusan. Kemarin sore saya masih menyuapi seorang pasien. Pagi tadi saya dikabari kalau ia sudah meninggal dunia."
***
Berdasarkan penuturan semua peserta, ketangguhan mental adalah poin yang wajib digarisbawahi sebagai koentji untuk menghadapi situasi sekarang. Situasi pandemi yang sungguh tak baik-baik saja ini.
Demikian oleh-oleh dari acara reunian sekaligus curhat pandemi yang dihelat Kompasianer Jogja tempo hari. Saya bersyukur bisa mengikutinya. Betapa tidak? Selain dapat mengobrol bareng walaupun secara virtual, lumayan bisa mengurai rindu ngumpul-ngumpul yang terbatasi pandemi.
Kami, sesama anggota Kompasianer Jogja, menjadi saling tahu kabar terkini. Diantaranya Mas Panji dan Mas Hendra Wardhana (yang tulisannya selalu keren itu) ternyata sedang isoman. Semoga sekarang kondisi kesehatan mereka telah membaik.
Sampai di sini saya tercenung. Kawan-kawan tersebut saya yakini bukanlah golongan yang abai prokes. Kalau pada akhirnya mesti ikut terpapar virus, apa boleh buat? Sebagaimana orang-orang lain yang telah taat prokes, tetapi masih terpapar jua, yang wajib dilakukan adalah memperkuat mental. Membangun semangat untuk sembuh. Selanjutnya, ya bersiap menaklukkan si virus.