Sekarang era internet dan globalisasi. Semua bangsa di dunia bisa saling berkomunikasi dengan cepat melalui internet. Apa pun yang terjadi di belahan dunia sana dapat diketahui oleh orang-orang yang berada di belahan dunia sini dengan cepat. Persebaran informasi dan teknologi ke seluruh penjuru bumi pun tak terelakkan lagi.
Sampai di sini saya tertegun. Menepuk jidat pelan dan bergumam, "Astagaaa. Untung saya tidak batal ikutan. Bahasa Inggris memang tak terpisahkan dari aktivitas yang terkait ICT alias Information Communication Technology. Untuk masuk ke zoom demi mengikuti les virtual ini pun saya butuh bahasa Inggris. Aiiih! Terima kasih atas pencerahannya, Miss Dita. Hehehehe ...."
O, ya. Dalam kaitannya dengan pariwisata saya menjadi teringat masa-masa sebelum pandemi Covid-19 melanda. Tatkala itu banyak turis asing melancong di Yogyakarta. Walaupun dari berbagai negara, bahasa Inggris tetaplah menjadi alat komunikasi utama mereka ketika berhadapan dengan warga lokal.
Saya yang berdomisili di daerah destinasi wisata pun kadangkala mesti mempraktikkan conversation kalau sedang "beruntung". Pastilah praktiknya sambil terbata-bata sebab nyaris tak pernah berbahasa Inggris secara lisan. Mesti membuka kuping lebar-lebar supaya mampu menangkap perkataan si turis dengan lebih jelas.
Bayangkan saja situasinya. Sedang bengong menunggu kedatangan Go Food di tepi jalan, eh mendadak ditanya-tanya dalam bahasa Inggris. Andai kata ditanya-tanya dalam bahasa Jawa pun bisa tergeragap dulu di detik pertama. Apalagi ditanya-tanya dalam bahasa Inggris. Plus saya memang kurang latihan. Sementara mahir berbahasa itu hanya bisa dicapai dengan banyak latihan (berpraktik).
Bahasa Inggris Itu Milik Semua Orang di Dunia
Bahasa Inggris adalah bahasa internassional. Alat komunikasi utama masyarakat dunia. Jadi, bahasa Inggris bukan hanya milik bangsa Inggris Raya atau orang Amerika Serikat. Kita sebagai orang Indonesia juga ikut memiliki bahasa Inggris. Hanya saja, porsinya sebagai bahasa asing. Bukan sebagai bahasa ibu ataupun bahasa kedua.
Kata Miss Dita, "Jadi, tak usah malu kalau logat bahasa Inggris kalian medhok. Itu hal yang wajar. Yang penting lawan bicara paham apa yang kalian bicarakan."
Saya menjadi tersenyum-senyum mendengarkan perkataan tersebut. Teringat pada sekelompok warganet yang hobi menghina seorang tokoh yang bahasa Inggrisnya medhok. Yang menurut mereka, ke-medhok-an itu bermakna bodoh. Luar biasa Mestinya mereka ikut les bahasa Inggris ini, deh.
English is Money Source