Punya buku berarti bisa belajar dengan lancar. Bisa cepat lulus dan bekerja. Tidak berlama-lama menjadi beban orang tua.
Halah! Itu omong kosong belaka. Toxic positivity.
Pembajakan buku itu ya berarti kecurangan. Menzalimi penulis. Sang penulis mestinya bisa menerima banyak royalti, eh, gara-gara marak pembajakan bukunya ya jadi tak menikmati royalti yang melimpah itu. Royaltinya digarong oleh si pembajak.
Sungguh merupakan toxic positivity yang jahat sekali toh?
***
Demikian sudut pandang saya terhadap toxic positivity. Semoga ada manfaatnya bagi pembaca sekalian. Minimal, Anda semua menjadi tersadarkan bahwa alibi si pembajak buku sesungguhnya merupakan bentuk lain dari toxic positivity. Tepatnya toxic positivity yang jahat sekali kepada penulis.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H