"Lho? Kok bisa? Apa kamu bikin rekeningnya pas masih jadi penduduk desa?" Demikian respons seorang teman saat tahu saya pemilik rekening BRI Simpedes. Saya tertawa kecil sembari menggelengkan kepala. Seketika saya pun teringat pada proses pembukaan rekening BRI Simpedes tersebut beberapa tahun silam.
Tatkala itu setelah dua rekening tabungan saya di dua bank swasta nasional beku (gara-gara saldo nol melulu), saya tak lagi terdaftar sebagai nasabah bank mana pun. Berhubung kondisi saya sedang tak memerlukan urusan dengan bank, rencana membuka rekening baru sama sekali tak pernah tebersit di benak.
Hingga akhirnya saya mendapatkan proyek pekerjaan yang honornya bakalan ditransfer via bank. Mau tak mau saya mesti mendaftarkan diri sebagai nasabah bank. Serta-merta pilihan jatuh pada BRI yang salah satu cabangnya berlokasi tak jauh dari rumah.
Singkat cerita, pada sebuah pagi jelang siang saya berangkat ke BRI terdekat itu. Tentu dengan membawa persyaratan yang diperlukan untuk membuka rekening. Plus uang pastinya. Gokil saja kalau hendak membuka rekening bank kok malah tidak bawa uang.
Namun rupanya, sekalipun sudah bawa uang yang sekiranya cukup, ternyata saya masih tetap gokil. Saya lalai tidak mencari informasi dulu perihal jenis-jenis produk/layanan BRI. Kepada tetangga yang nasabah BRI, saya hanya bertanya tentang syarat-syarat dan jumlah minimal setoran untuk pembukaan rekening baru.
Itu pun pakai acara salah dengar. Sadar kalau salah dengar ya tepat ketika sudah berhadapan langsung dengan Pak CS.
"Hendak membuka rekening apa? Pilih produk yang mana?" Tanya beliau.
"Eh? Maksudnya bagaimana, Pak? Apa saja produknya?" Respons saya dengan culun.
Setelah menanyakan tujuan saya membuka rekening, beliau kemudian menawarkan beberapa produk yang sesuai.
'Baik, Pak. Saya pilih Britama," jawab saya mantap. Beliau lalu meminta syarat-syarat yang diperlukan dan menyebutkan minimal jumlah setoran untuk pembukaan rekening. Nah! Di sinilah saya tersadarkan kalau telah salah dengar. Tetangga menginformasikan kalau jumlah minimal setoran pertama Rp250.000,00 dan saya mendengarnya Rp50.000,00 saja.
"Duh! Gimana ya, Pak? Saya cuma bawa Rp250.000,00 dan berencana beli lauk sepulang dari sini. Kalau saya pakai semua untuk buka rekening, batal beli lauk dong."
Pak CS bengong sejenak. Katanya kemudian, "Bisa pulang dulu ke rumah 'kan? Ambil uang, lalu pergi lagi buat beli lauk?"
Saya merenung sebentar. Kalau kekeuh mau rekening Britama, pulang dari bank tak bisa mampir belanja dan beli lauk. Mesti balik ke rumah dulu, ambil uang, lalu pergi lagi untuk belanja dan beli lauk. Tidak efektif dan membayangkannya sudah capek. Terlebih  matahari sangat garang saat itu. Saya pun tidak mau ambil risiko jadi pusing kalau kelamaan diguyur sinar kegarangannya.
"Apa yang Simpedes jumlah setoran awalnya juga segitu, Pak?"
"Enggak. Cuma Rp200.000,00 kalau Simpedes," jawab Pak CS.
"Ya sudah. Saya pilih Simpedes saja. Walaupun warga kota, boleh 'kan?"
Iya. Dengan alasan enggan kecapekan terbakar matahari, saya putuskan untuk memilih rekening BRI Simpedes. Walaupun Pak CS beberapa kali menegaskan tentang kelebihan dan keuntungan BRI Britama, saya teguh pendirian. Bisa saja esok harinya saya balik lagi demi BRI Britama. Namun, saya malas bolak-balik. Jiwa berjuang saya memang minimal, kok.
Sejak hari itu resmilah saya sebagai pemilik rekening BRI Simpedes. Sungguh simpel prosesnya. Tinggal mengisi data diri serta menyerahkan syarat-syarat dan uang setoran awal. Syarat-syaratnya berupa fotokopi KTP, NPWP jika punya, dan berusia  usia minimal 17 tahun.
Mungkin ada menyayangkan sikap saya yang enggan bolak-balik demi BRI Britama. Sementara selisih setorannya sedikit. Tak jadi soal. Lhah wong saya sendiri merasa nyaman dengannya. Lagi pula, saya tak menggubris detil perbedaan Britama dan Simpedes. Yang penting sama-sama BRI, sama-sama punya fasilitas kartu ATM, dan sama-sama bisa untuk menerima transferan honor. Hehehe ...
Demikian pengalaman saya sebagai orang kota yang memiliki rekening BRI Simpedes. Saya rasakan tidak ada dukanya kecuali saat saya sadari bahwa diri ini tak pernah menang gebyar undian Simpedes. Semoga tulisan ini bisa menghibur dan memberikan faedah.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H