Ketika berhenti di sebuah perempatan lampu merah, sopir menengok ke arah penumpang dan berkata, "Nuwun sewu. Mohon maaf semuanya. Terpaksa kula (saya) merepotkan dan merusak rencana panjenengan sedaya (Anda sekalian) pagi ini. Kita nanti baru berhenti di kantor polisi depan Gramedia."
Sudah pasti semua kecewa mendengar perkataan sopir. Namun, sekaligus paham takdir apa yang pagi itu mesti dijalani. Termasuk saya yang berencana tidak bolos kuliah pagi untuk pertama kalinya, tapi ternyata mesti bolos lagi.Â
Akhirnya bus kota memasuki area kantor polisi pada pukul tujuh kurang lima belas menit. Sebenarnya amat ideal bagi saya untuk tiba di kelas pagi tanpa terlambat. Bunderan UGM sudah di depan mata. Â Sementara lokasi fakultas saya tak jauh dari situ.Â
Akan tetapi, saya tak bisa pergi sebelum diizinkan pak polisi yang menggeledah semua penumpang. Yeah ....
Sopir mematikan mesin. Ia turun, mengunci pintu depan, lalu bergegas melapor ke polisi yang jaga. Tak lama kemudian sopir mengetuk salah satu pintu, meminta kondektur membukanya.Â
Seorang polisi dengan dipandu salah satu kondektur mendekat ke kursi yang kududuki bersama penumpang yang kecopetan tadi.Â
O, ya. Kondektur yang memandu adalah kondektur yang berhasil menenangkan si penumpang. Setelah semua pintu bus terkunci, ia kembali menghampiri penumpang apes tersebut.Â
Selain menenangkannya sekali lagi, kondektur membisikkan rencana begini, "Tenang saja. Nanti kalau ditanya polisi, sampeyan (Anda) ngomong saja kalau curiga pada orang yang bertopi itu, juga yang bawa tas lebar itu, lalu yang duduk di pojokan belakang sana. Enggak usah takut salah tuduh. Mereka memang copet."
Berbekal "briefing singkat" dari kondektur, si penumpang apes pun lancar menghadapi interogasi polisi. Ketika polisi bertanya, "Lhah sampeyan mencurigai penumpang yang mana?"Â
Dengan yakin ia menyebutkan tiga sosok yang dibisikkan si kondektur. Alhasil, ketiganya digiring masuk ke kantor polisi oleh dua polisi lainnya. Si korban kemudian dibimbing polisi yang menginterogasinya untuk mengikuti mereka.
Apakah urusan selesai dan bus bisa melanjutkan perjalanan? Oh, ternyata tidak serta-merta begitu. Masih ada polisi lain yang "menyeleksi" penumpang yang tersisa di bus.Â