"Enak sekali ya, hidupmu. Jalan-jalan dan jajan-jajan saja kerjaanmu. Enggak perlu kerja, uang mendatangimu." Demikian seorang kawan berucap ketika kami berjumpa di sebuah kesempatan.
DEG!
Seketika perasaan saya terguncang mendengar perkataan tersebut. Hati ini pun terasa sedikit terluka. Saya tidak mendramatisasi keadaan, ya. Ini sungguh-sungguh terjadi meskipun saya tahu, kawan tersebut tak bermaksud melukai hati ini.
Saya paham kalau sebenarnya ia sedang menyuarakan rasa iri. Ia berpikir bahwa kehidupan saya telah adil makmur sejahtera sentosa gemah ripah loh jinawi tak kurang suatu apa. Akan tetapi, justru prasangka baiknya itulah yang bikin saya terluka.
Mengapa? Sebab kenyataannya, saya adalah rakyat jelata yang perlu menabung beberapa hari untuk beli pizza premium ukuran large. Tidak sesultan dalam bayangannya.
Perasaan saya pun bertambah runyam karena saya tahu bahwa ia berkesimpulan begitu berdasarkan unggahan foto-foto saya di IG, FB, dan personal blog ( www.tinbejogja.com ). Berarti jelas-jelas ia salah mengambil kesimpulan.
Saya sama sekali tidak menyangka kalau ia menganggap unggahan-unggahan saya tentang tempat makan keren, destinasi wisata, bangunan heritage, dan info produk dianggapnya postingan organik semua. Dikiranya, saya mengunggah foto-foto tersebut demi kepentingan dokumentasi pribadi belaka (baca: eksis bin narsis di jagat maya).
Alhasil, perkataan kawan tersebut menyadarkan saya bahwa sangat mungkin ada follower lain yang sepemikiran dengannya. Menganggap saya berduit tumpah ruah sehingga jajan-jajan dan makan-makan melulu sampai tak sempat rebahan di rumah.
Sementara kenyataannya, saya jarang sekali keluar rumah. Terlebih selama pandemi Covid-19. Makin tak pernah bepergian saya. Bepergian kalau untuk urusan penting saja. Bukan sekadar untuk jalan-jalan. Misalnya untuk COD-an minuman herbal instan yang saya jual.
Itu pun saya minta yang lokasi COD-annya tak jauh dari rumah. Kalau ditanya, kok foto-fotonya di ikon Jogja (Titik Nol)? Hmm. Domisili saya 'kan memang satu kelurahan dengan kawasan Titik Nol. Malah cuma di belakang Museum Sonobudoyo dan Gedung BNI. Â