Mestinya, idealnya, kita senantiasa bersemangat untuk menunaikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah yang lain, selama Ramadan lalu. Akan tetapi sebagai manusia biasa, adakalanya semangat itu bergelombang naik turun dan turun dan turun dan turun .... Susah sekali untuk kembali dinaikkan. Begitu kembali bersemangat, tahu-tahu Ramadan telah usai.
Secara teoretis, idealnya menurut Alquran, pada hari kemenangan kita sukses shiyam (puasa lahir) dan shaum (puasa batin). Namun, tak jadi soal jika kondisi ideal tersebut belum tercapai.
Tak perlu minder kalau kita baru sanggup mencapai shiyam, sementara shaum-nya masih embuh-embuhan. Toh sesungguhnya dari tahun ke tahun, kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai shiyam dan shaum tersebut.
Insyallah kita tetap layak disebut pemenang dan merayakan hari kemenangan pada 1 Syawal. Tentu tanpa disertai dengan rasa jumawa, ya. Justru sebaliknya, dengan kerendahhatian dan penyesalan penuh sebab belum bisa melewati Ramadan dengan sempurna.
Iya. Setelah Ramadan pergi, datanglah Lebaran yang merupakan hari kemenangan. Kemenangan bagi siapa saja. Â
Balada Opor Ayam yang HilangÂ
Musibah, baik ringan maupun kecil, bisa datang kapan saja. Tak terduga. Dalam bentuk apa saja. Kerap kali musibah datang bersama anugerah. Bahkan tak jarang, dalam musibah itulah anugerah tersembunyi dan hanya akan ketemu ketika kita merespons dengan ikhlas.
Tanpa keikhlasan, niscaya kita bakalan marah-marah tak berkesudahan. Minimal bakalan merasa kesal tiada tara. Ujung-ujungnya kelelahan sendiri. Kalau tak mujur malah sekalian sakit-sakitan. Nauzubillahi mindzalik.
Lalu, apa hubungan antara hari kemenangan, opor ayam yang hilang, dan musibah?
Hmm. Sebenarnya saya cuma hendak bercerita bahwa kemarin sore, jelang malam takbiran, beberapa saat saja sebelum hari kemenangan tiba, saya diuji oleh-Nya dengan sebuah musibah ringan yang berupa hilangnya opor ayam orderan saya.
Perencanaan sudah bagus. Order lontong dan opor ayam, khusus daging bagian dada dan sayap. Apa daya saya dan sang penjual, ketika salah satu pengorder katutan (tanpa sengaja membawa serta) opor ayam orderan saya.