Namun rupanya ada yang lebih menyedihkan, yaitu dari tahun ke tahun malah kian marak imbauan untuk tidak lagi berkunjung ke candi. Alasannya, haram.
Saya tak bakalan lupa dengan teguran keras seorang kenalan, tatkala beliau melihat foto saya dalam aneka pose sopan-berbudaya di depan sebuah candi. Tegurnya, "Kenapa tampak bangga di tempat pemujaan berhala?"
Gawat! Pola pikir sempit serupa itu sungguh berbahaya. Mengapa dahulu biasa saja, kini jadi mempersulit diri? Sementara di luar masalah keimanan, candi mengabarkan tentang peradaban suatu bangsa.
Kalau dinamika persepsi ke arah salah tersebut dibiarkan berlangsung, masa depan warisan budaya bangsa kita yang berupa candi sungguh terancam. Berbahaya! Saya pun diam-diam merasa ngeri dan pesimis.
Saat Sound of Borobudur Terdengar Gaungnya Â
Lalu, tibalah saatnya saya mendengar kehadiran Sound of Borobudur. Setelah mencari tahu banyak hal tentangnya, pesimisme saya pun perlahan-lahan meredup. Saya sangat antusias dan mendukung sepenuh jiwa terhadap upaya-upaya yang dilakukan Gerakan Sound of Borobudur tersebut.
Apa alasannya? Sebab Sound of Borobudur melalui kerja kerasnya selama lima tahun terakhir, telah sukses menegaskan bahwa Candi Borobudur tak sekadar benda mati warisan masa silam. Justru sebaliknya, Candi Borobudur terkhusus melalui deretan reliefnya yang mencantumkan tradisi bermusik pada abad ke-8, dibikin "hidup".
Yup! Untuk tahap awal, Sound of Borobudur telah sukses menunjukkan bahwa dahulu Borobudur Pusat Musik Dunia. Yang kini menjelma jadi salah satu elemen Wonderful Indonesia.
Punggawa Sound of Borobudur telah bekerja keras untuk meneliti, membuat replika alat-alat musik yang terdapat dalam relief, mereka-reka bunyi dan komposisi nadanya, kemudian memainkannya dalam sebuah pertunjukan utuh.
Membuatnya relevan dengan selera generasi sekarang sehingga generasi muda ini terpikat duluan. Nah! Kalau sudah terpikat, kelak besar kemungkinan akan tergerak untuk merambah relief selain musik.
Selain musik? Iya. Sebab Sound of Borobudur tidak lahir dalam rangka membentuk sebuah grup musik. Sound of Borobudur lebih dimaksudkan sebagai bunyi peradaban bangsa kita. Sebagai pemantik ide untuk bidang-bidang lain, agar mampu pula "menghidupkannya" di hadapan khalayak era zaman now.