Fathimah az-Zahra. Siapakah dia? Tak lain dan tak bukan, dia adalah Fathimah binti Muhammad SAW. Sang putri kesayangan dari kekasih Allah SWT.
Pada suatu kesempatan ketika berada di mimbar, beliau SAW pernah mengungkapkan rasa cintanya kepada Fathimah, "Sungguh Fathimah bagian dariku. Siapa yang membuatnya marah, berarti membuat aku marah."
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Fathimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti."
Tak sekadar teori, dalam tataran praktiknya beliau SAW memang selalu menunjukkan besarnya rasa sayang tersebut.
Salah satu bukti, saat pulang dari bepergian jauh atau lama, beliau SAW akan terlebih dulu menemui Fathimah sebelum menemui para istrinya. Hmm. Sungguh putri yang istimewa 'kan?
Namun, Fathimah memang paten kerennya. Perlakuan istimewa sang ayah tidak membuatnya serta-merta ngelunjak. Tidak membuatnya kurang ajar dan merasa menang banyak dari istri-istri sang ayah.
Dia sanggup untuk tetap stay cool, tetap rendah hati, masih bersedia giat belajar, senantiasa patuh kepada suami, ringan tangan mengerjakan urusan rumah tangga, dan tidak kurang ajar kepada para ibu tirinya.
Di titik inilah saya terkesan dan sekaligus ingin memberikan penekanan. Jika berada di posisi Fathimah, sanggupkah saya (dan Anda sekalian) untuk tetap bersahaja? Tetap rendah hati? Tidak merasa di atas angin, padahal merupakan putri kesayangan sang pemimpin umat?
Kelihatannya mungkin sepele. Namun pada praktiknya, menjaga hati agar tak ngelunjak di saat semua orang mengelu-elukan dan mengistimewakan, sungguh tak gampang. Maka apa yang dilakukan Fathimah layak banget untuk dijadikan ibrah sampai kapan pun.
Mari kita melakukan refleksi diri. Ayolah sama-sama kita tengok dan tanyai diri sendiri, "Sanggupkah kita meneladani Fathimah binti Muhammad? Mampukah kita tetap menegakkan kepala sewajarnya dan tidak congkak setetes pun, pada saat orang-orang memaklumi jika kita ngelunjak dan mendongak?
***
 Iya. Fathimah binti Muhammad memang istimewa dan punya sederet keutamaan. Satu di antara sederet keutamaannya adalah yang dijelaskan dalam kitab Fataawa adz-Dzahiriyyah, "Sesungguhnya Fathimah tidak pernah mengalami haid sama sekali. Saat ia melahirkan pun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat, agar tidak terlewatkan salat baginya. Karena itu, ia diberi julukan az-Zahra."
Beruntunglah Fathimah yang bisa maksimal dalam beribadah, sejalan dengan keistimewaan yang diterimanya tersebut.
Demikian sikap keteladanan Fathimah binti Muhammad SAW, yang dapat dicontoh oleh siapa pun dari zaman kapan pun. Semoga bias menginspirasi dan berfaedah.
Salam.
Disarikan dari buku KISAH-KISAH SAHABAT WANITA RASULULLAH: Meneladani Akhlak & Kepribadian Mulia Muslimah Generasi Terbaik (Adiba A. Soebachman, Araska Publisher, 2017).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H