Begini. Bagi saya, yang namanya bukber, buka bersama, mestinya ya beneran bersama. Deketan secara fisik. Melibatkan tatap mata dan udara. Bisa saling menyentuh dalam arti an sich. Tak sekadar menyentuh via layar HP. *Jangan mikir ngeres.*
Saya paham. Teknologi dapat mengatasi jarak, ruang, dan waktu. Akan tetapi dalam urusan ini, paling tidak menurut saya, teknologi tak bisa menggantikan kehangatan bukber dalam dunia nyata. Percayalah. Interaksinya, silaturahminya, dan sosialisasinya tetap terasa berbeda, antara bukber virtual dengan bukber yang terjadi langsung di dunia nyata.
Yup! Kiranya inilah yang mendasari pilihan saya untuk menolak mentah-mentah acara bukber virtual dalam segala bentuk dan kreasinya. Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin berbagi foto menu takjil saya Magrib tadi.
![Takjil yang mungkin saya pamerkan dalam bukber virtual jika ada tausiah dari Babang NicSap (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/25/img-20210425-172916-60858b158ede48160f6a7482.jpg?t=o&v=555)
Baik. Jadi sudah jelas ya, bagaimana pendapat saya tentang bukber virtual. Sekali lagi bagi saya, bukber virtual itu iseng banget. Cuma menghabiskan kuota. Big no sekali pokoknya.
Salam.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI