KEMARIN malam tiba-tiba saja sebuah pesan WA saya terima. Pengirimnya nomor tak dikenal alias belum saya simpan dalam daftar kontak saya. Yang kemudian saya ketahui bahwa sang pengirim pesan adalah Pak Ikhwanul Halim, rekan sesama kompasiana.Â
Beliau mengirimkan tautan tulisan tentang rencana penerbitan buku dari 150 kompasianer, dalam rangka  perayaan HUT pernikahan Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata yang ke-56.Â
Wow, wow, wow. Yang ke-56! Rupanya telah 56 tahun beliau berdua menjalani suka dan duka bersama, dalam satu ikatan cinta yang pastinya hangat. Selalu hangat. Kalau tidak, bagaimana mungkin perjalanannya dapat sampai sejauh ini. Melewati masa orba dan masa reformasi, serta sudah lama melewati ulang tahun pernikahan emas. Pastilah telah banyak sekali dinamika kehidupan pernikahan yang beliau berdua rasakan. Yang sedikit banyak, hal tersebut dapat kita ketahui dari tulisan-tulisan keduanya.
Lalu, saya pun menghela napas berat dan kemudian mengembuskannya pelan-pelan. Mendadak teringat pada hati saya yang sempat retak parah beberapa tahun silam. Baper .... Yeah. Apa boleh buat? Prestasi Pak Tjip dan Ibu Roselina yang satu ini jelas-jelas tak dapat saya teladani. Tak  bakalan bisa saya samai. Nah, lho. Menyamai saja tak bakalan bisa. Apalagi melampaui.
Maka mau tak mau, saya mesti menoleh pada kemungkinan lain. Iya, tak salah lagi. Semangat Pak Tjip dan Ibu Roselina dalam menulislah yang sangat mungkin saya contek.Â
Saya yakin, semua kompasianer  sepakat bahwa konsistensi beliau berdua dalam menulis tak diragukan lagi. Rasanya senantiasa ada hal-hal yang bisa beliau berdua bagikan kepada pembaca. Sumur ide keduanya tak pernah mengering. Sebab beliau berdua, memang sama-sama kaya akan pengalaman hidup. Jangan lupa. Sumur yang sumber airnya selalu mengalir akan senantiasa bisa menyediakan kebutuhan air untuk siapa pun. Â
Pokoknya so sweet deh, pasangan legendaris ini. Sama-sama viral secara positif. Sama-sama rajin menyapa dan menginspirasi orang lewat tulisan. Sungguh keren 'kan? Sungguh-sungguh merupakan pasangan jiwa yang seiya sekata. Nah, nah. Bagian ini pun kembali bikin saya baper. Heu heu heu .... *Hobi kok baper* Â
Hmm. Apa kabar diri ini yang timbul tenggelam di lautan kompasiana? Kadangkala aktif muncul, lebih sering lagi pasif tak muncul. Sama sekali tidak konsisten. Kurang produktif dan kakehan alasan (kebanyakan alasan). Padahal, mengakunya ingin jadi penulis.Â
Eh? Jangan-jangan Pak Tjip dan Ibu Roselina malah tidak pernah berkeinginan jadi penulis. Mereka memilih langsung action. Menulis, menulis terus, menulis saja, dan selalu menulis. Fokus berkarya dengan hati. Tahu-tahu jumlah postingan di kompasiana telah mencapai ribuan dan dibaca banyak orang. Hingga tiba masanya khalayak pembaca memberikan atensi dan apresiasi. Secara organik, tanpa ada paksaan atau intimidasi (baca: iming-iming) apa pun. Â *Ini poin yang mesti digarisbawahi, lho.*
 O, ya. Selain terinspirasi untuk mencontek semangat menulis pasangan legendaris ini, saya pikir penting pula bagi saya untuk mencontek sisi keramahan keduanya. Ramah kepada siapa saja. Tua, muda; laki-laki, perempuan; kompasianer kawakan, kompasianer pendatang baru. Â
Sayang sekali saya terlambat mengenal Pak Tjip dan ibu Roselina. Â Terlambat sebab termasuk kompasianer generasi baru (maksudnya baru gabung belakangan, bukan baru berusia sedikit) plus memang saya bolak-balik nonaktif alias kerap cuti menulis di Kompasiana. Hehehe .... Â