Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Film

Kebaperan yang Tersisa dari Film NKCTHI

24 Januari 2020   15:18 Diperbarui: 24 Januari 2020   15:30 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sleman City Hall (SCH) suatu hari menjelang siang .... 

XXI-nya pun belum buka. Dari balik pintu kaca, para karyawannya tampak sibuk berbenah. Bersiap menyambut para penonton, yang sudah mulai berjubel di luar pintu. Dengan kata lain, sudah niat banget untuk nonton. Salah satunya ya saya ini. Hahaha!  

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Begitulah kenyataannya. Saya memang niat banget mengikuti nobar KJog meskipun lokasi nobarnya nun jauh di utara. Sangat jauh dari domisili saya yang di Jogja selatan. 

Hmm. Entah apa yang merasuki saya? Namun saya duga, iklan di radiolah biang keladinya. Iya. Sebagai pendengar setia radio, sejak akhir 2019 lalu saya terintimidasi oleh iklan yang mempromosikan film NKCTHI. Terutama saya terintimidasi oleh teriakan pilu seorang laki-laki ....

"BAGAIMANA BISA BAHAGIA, KALAU ENGGAK TAHU RASANYA BERSEDIH?!!" 

Yup! Teriakan itu sukses membuat saya kepo maksimal. Siapa dan mengapa ia berteriak sepilu itu? Yang kemudian (setelah nonton) saya ketahui, laki-laki itu bernama Angkasa. Yang biasa dipanggil Mas Angkasa oleh orang tua dan adik-adiknya.

Iya, iya. Siang itu di SCH, saya memang ikutan nobar film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI). Sebuah film drama keluarga yang sukses menampar saya sekeras-kerasnya. OMG! 

***

Bagi saya, film yang dibuat berdasarkan buku yang berjudul sama ini lumayan kurang ajar. Betapa tidak? Meskipun tak perlu tisu untuk mengeringkan air mata, sebenarnya ada yang ambrol dan ambyar dalam diri saya. Penyebabnya ya serangkaian dialog dalam NKCTHI. 

Pipi dan bahu ini serasa ditepuk kuat-kuat berulang kali. Diingatkan bahwa sesungguhnya ada yang belum saya selesaikan dalam diri ini. Masih ada masalah yang menghantui langkah-langkah saya. Yang membuat saya acap kali merasa TIDAK BAIK-BAIK SAJA,  tetapi sengaja saya abaikan. Huft! 

Maka saya tercekam saat menyaksikan Mas Angkasa berteriak dengan emosional kepada sang ayah. Ya, teriakan pilu yang kerap saya dengar dari radio itu. Yang memberikan dorongan kuat pada saya untuk menonton NKCTHI. 

Maka saya tenggelam dalam lautan kepedihan saat melihat Aurora berdiri masygul di tengah karya-karyanya. Dalam nuansa hitam. Dengan sorot mata terkesan sedikit hampa. Ya, ada kelam yang terasa ikut menghantam jiwa saya. 

O, ya. Kalau banyak orang yang jatuh cinta pada Mas Angkasa, saya justru lebur dalam diri Aurora. Terlebih ketika ia berucap, "Sebenarnya kalian sudah lama kehilangan aku."

Yeah .... 

NKCTHI mungkin tak menarik bagi penyuka film action. Tak ada adegan baku hantam fisik. Adanya baku hantam psikis. Namun siapa pun itu, penyuka genre film apa pun, saya kira wajib menonton NKCTHI. Itung-itung sebagai shock therapy gitu, deh. 

Ada banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik dari NKCTHI. Terkhusus mengenai cara mengelola perasaan dalam menghadapi aneka macam peristiwa/kejadian. Baik peristiwa/kejadian yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. 

Bagi saya, NKCTHI menyampaikan pesan bahwa tidaklah salah jika sesekali kita merasa TIDAK BAIK-BAIK saja. Namanya juga manusia.  yang punya sejuta warna hidup. Duka dan bahagia adalah sebuah keniscayaan yang tak terhindarkan. Kegembiraan memang wajib kita hadirkan. Namun, kesedihan pun perlu kita beri ruang. 

**

Usai nonton NKCTHI saya mendadak teringat sebuah puisi yang saya susun sekian tahun silam. Tepatnya mendadak teringat, untuk kemudian mengeditnya. Ya ampuuun!  Menambah senarai pekerjaan saja, deh. 

Anda sekalian pasti penasaran dengan puisi tersebut. Tenang, tenang. Berikut versi lengkapnya. Silakan baca dan resapi baik-baik. 

NIKMATI SAJA

Tak ada waktu 

untuk bersedih

Bila ada bahagia 

di sela-selanya, 

nikmati saja! 

Nah, lho. Tak ada waktu untuk bersedih? Berarti tak memberikan ruang pada kesedihan, dong. Padahal mestinya, kesedihan tetap diberi ruang. Oalaaah. Lalu bagaimana mengeditnya, ya? 

Salam, 

Tinbe Jogja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun