O, ya. Karya Bung Ivan tersebut mempercantik lantai Meeting Room. Tepat di depan dinding kaca, di mana kita bisa melemparkan pandangan luas ke mana-mana. Entah ke jalanan padat depan hotel, Â entah ke bangunan-bangunan nun jauh di sana.
Terus terang saja, saya kurang begitu paham makna yang ingin disampaikan It Grows. Tapi imajinasi saya terbang ke mana-mana ketika menatapnya dalam-dalam. Terasa ada  yang melintas di benak dan jiwa. Tapi entah apa? Mungkin biru, mungkin rindu.
Bisa jadi lintasan rasa tersebut muncul sebab liku lekuk It Grows demikian luwes dan elegan. Ujung atasnya terasa bukan sebagai akhir, tapi seperti mengisyaratkan bakal adanya sebuah kelanjutan. Tampak seperti hendak mengalami pertumbuhan.
Hmm. Mungkin It Grows ingin menyampaikan bahwa segala hal tidak bakalan melulu statis. Lambat-laun jika saatnya tiba, pasti akan terus berkembang dan bertumbuh. Dari yang semula bukan apa-apa menjadi sesuatu yang berharga, kemudian kembali menjadi sisa (tak berharga). Tapi agar lebih afdal, tentu penafsiran awam saya ini lebih baik dikonfirmasikan ke Bung Ivan.
Menari Bersama Angsa Kayu
Saat menghadiri konferensi pers acara ini, pada tanggal 28 Oktober lalu, previewkarya Bung Dedy Shofianto-lah yang paling bikin saya jatuh hati. Itulah sebabnya saya amat antusias menyambangi ruangan dekat tangga, tepat di atas lobi hotel. Iya. Di situlah karya Bung Dedy dipajang. Sekumpulan angsa kayu kinestetik!
Angsa-angsa kayu yang kehadirannya ditemani awan-awan itu sepintas lalu terkesan tak istimewa. Namun, jangan salah. Begitu mendekatinya, Anda pasti bakalan dibuat terpana oleh tariannya. Betapa tidak. Medianya kayu, lho. Tapi gerakannya demikian luwes dan anggun. Seperti penari.
Menurut saya, karya inilah yang paling jail dan paling ramah terhadap pengunjung hotel. Sebab begitu seseorang mendekatinya, baik sengaja maupun tidak sengaja, si angsa kayu akan langsung bergerak. Hai? Bagaimana bisa? Bisa, dong. 'Kan pada tiap awan ada sensor pergerakannya. Tidak mengherankan bila pengunjung hotel antusias. Saya pun suka sekali membuatnya bergerak.
Alhasil pada sore itu, saya bolak-balik mendekat dan menjauh dari tombol sensor pergerakan. Iya. Saya bermaksud menggoda angsa-angsa kayu tersebut. Namun apa daya kalau faktanya, justru saya yang tergoda untuk bermain-main dengannya. Haha! Â
Terima kasih Bung Dedy, atas karya cantik nan interaktif ini. Sungguh angsa-angsa kinestetik tersebut merupakan sebuah karya yang komplet.Yang memadukan seni, ilmu pengetahuan alam, dan teknologi.