KASIHAN Kakak Dimas. Di masa pensiunnya, ia justru terlilit hutang tiada tara. Sudahlah tidak ada sumber pemasukan lagi, eh, masih pula punya kewajiban untuk melunasi utang. Hidup mendadak berubah kejam terhadapnya.
Bagaimana kronologinya sehingga Kakak Dimas bisa seapes itu? Semua bermula dari demam berdarah yang menyerangnya. Yang menyebabkannya mesti opname selama 6 bulan. Karena sekian lama terkapar tak berdaya itulah, situasi keuangan Kakak Dimas menjadi morat-marit.
Gajinya tak dapat dipakai untuk menutup seluruh biaya rumah sakit. Hanya cukup untuk membayar biaya opname selama sebulan. Adapun untuk membayar 5 bulan sisanya, ia terpaksa berutang. Apa boleh buat? Saham hotel yang dimilikinya belum memberikan hasil yang memadai. Ia pun tak memiliki asuransi. Maka utang menjadi satu-satunya solusi.
Kakak Dimas sungguh tak menyangka bahwa nasibnya akan seapes itu. Tatkala dirinya masih sehat wal afiat ia memang lalai. Tak berpikir jauh bahwa angin kehidupannya bisa berubah sewaktu-waktu. Ketika sehat dan bisa rutin bekerja, ia merasakan kondisi keuangannya baik-baik saja. Â Itulah sebabnya ia tak pernah menyusun rencana keuangannya dengan rapi.
Andaikata sejak awal sudah punya perencanaan keuangan yang baik, niscaya dirinya tak bakalan terlilit utang seperti itu. Tapi nasi telah menjadi bubur. Waktu berlalu dan tak terasa, masa pensiun Kakak Dimas tiba. Padahal, ia sebenarnya masih amat butuh pemasukan berlebih untuk membayar utang.
Demikian hikayat Kakak Dimas, kawan semeja saya, dalam dunia Permainan Praxis. Untung saja keapesannya itu tidak terjadi di dunia nyata. Dan saya yakin, Kakak Dimas tak bakalan seapes itu di kehidupan nyata. Tentu sejauh ia punya perencanaan finansial yang baik. Kalaupun sebelumnya masih cuek-cuek saja, sejak pensiun terlilit utang di dunia Praxis ia tentu mulai waspada. Jangan sampai kejadian konyol di dunia Praxis menjelma ke dunia nyata.
Rencanakan Lebih
Anda percaya toh, kalau hidup itu selalu tak terduga? Senantiasa penuh dengan ketidakpastian? Ibarat sungai yang airnya mengalir manis dan tenang. Tapi bisa berubah beringas ketika arusnya menderas tiba-tiba. Apa yang terlihat baik-baik saja belum tentu seterusnya akan sebaik yang kita sangka. Sekarang mungkin saja amat baik. Namun esok hari, siapa yang tahu?
Kita boleh jadi merasa bahwa kondisi baik-baik saja akan mengabadi; sejauh pola hidup kita tak berubah jadi lebih konsumtif. Kita pun lupa untuk merencanakan pengaturan keuangan demi masa depan. Padahal, faktor eksternal penyebab morat-maritnya finansial kita senantiasa mengancam.
Kita sungguh tak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi nanti. Maka idealnya, kita punya perencanaan A-B-C-D-E. Senyaman apa pun kondisi finansial yang kita sedang rasakan. Ya. Justru karena hidup itu penuh dengan ketidakpastian, untuk menyiasatinya kita butuh solusi yang pasti. Yang pasti bisa mengatasi dampak buruk dari hal-hal yang tidak pasti tersebut.