Namun, kenyataan kerap kali tak seindah harapan ‘kan? Ternyata para anggota dasawisma menolak suksesi. Mereka ramai-ramai mengatakan bahwa kepemimpinan lama sudah bagus. Maka tak perlu diganti-ganti. Padahal sesungguhnya, mereka menolak suksesi sebab takut terpilih (baca: terpaksa) menjadi ketua-sekretaris-bendaharabaru. Dengan demikian, incumbent kembali menjabat. Apa yang terjadi dua tahun berikutnya? Ternyata sama saja. Sejarah berulang. Incumbent lagi-lagi dipaksa untuk melanjutkan kepemimpinan. Alhasil, sudah lebih dari tujuh tahun saya menjabat sebagai sekretaris dasawisma.  Â
Aha! Saya jadi berpikir. Andaikata ada honor lumayan untuk ketua-sekretaris-bendahara dasawisma, apakah bisa selama itu saya—beserta ketua dan bendahara—bertahan menjadi jajaran elite pemimpin dasawisma? Andaikata posisi sebagai pemimpin tertinggi dasawisma adalah batu loncatan untuk menjadi PNS, apakah saya tetap diangkat menjadi sekretaris? Sedangkan KTP saya bukanlah KTP setempat ....  #SayaBertanya  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H