Mohon tunggu...
Agustina Kushala
Agustina Kushala Mohon Tunggu... -

Sarjana S1 Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD yang lahir di Jakarta, 3 Agustus 1981, dan tinggal di Bandung. Menjalani usia 30, sambil terus menulis dan bermusik di sebuah kelompok musik bertitel inaccoustic (www.myspace.com/inaccoustic), saat ini juga berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITENAS dan FISS UNPAS Bandung, dan sempat aktif di beberapa kelompok teater di Bandung; selain mengembangkan kelompok teaternya sendiri yaitu KGR (Kelompok Generasi Remaja) pada tahun 1998. Selain menulis naskah iklan dan naskah drama yang sempat dibukukan oleh Goethe Institut dan dipentaskan oleh beberapa kelompok teater di berbagai daerah, juga menulis puisi, cerita pendek dan esai yang sering dimuat di HU. Pikiran Rakyat dan beberapa jurnal ilmiah serta buletin kampus. Never fight battles only with wishes!, quotes yang menjadi penyemangat bagi setiap perjalanan hidupnya yang kini semakin lengkap dengan kehadiran seorang putri bernama Azka Zahra Maziya dan seorang putra bernama Kelana Kakilangit.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis dengan Rindu

15 Oktober 2011   03:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Annie’s Song.

“Lagu ini!,” Kayla berteriak kegirangan. “Tolong besarkan lagi volumenya! Sedikit saja, sampai seluruh ruang terisi oleh setiap liriknya!,” ia* memohon entah pada siapa, tapi tidak ada yang berubah.

You fill up my senses...,” ia bersenandung, lalu diam.

Hening yang sama menyergap.

Kayla terpekur di kursi panjang. Jam dinding membatu. Begitu pula dengan telepon di sudut ruang, buku-buku, tumpukan VCD, hand-phone di atas meja, bahkan CD player yang sedari tadi memutar Annie’s Song milik John Denver tanpa letih. Kayla menarik napas panjang, kemudian matanya menangkap sebuah cangkir membeku di atas meja.

“Mana kopinya? Buatlah yang kental. Jangan terlalu manis dan terlalu panas,” lagi-lagi ia memohon entah pada siapa, tapi tak ada seorangpun yang datang.

Telepon berdering.

Kayla merasakan dadanya berdegup kencang. Apakah itu dia**? Kayla mendekat. Ya, pasti. Hanya dia yang sering menelepon pada jam-jam begini. Kayla mendekat lagi. Apa yang harus dikatakannya saat mengangkat telepo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun