Melalui ekstrakulikuler jurnalistik, Ega berkenalan dengan kakak-kakak pendamping yang hebat dalam berorganisasi. Ega menjadi termotivasi untuk seperti kakak-kakak pendamping itu.
Dalam kegiatan jurnalistik, Ega mendapatkan banyak hal. Ingatan Ega menjadi terasah, kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan berfikir Ega berkembang pesat. Ega berfikir, jika ilmu yang Ega miliki bisa Ega bagikan, Indonesia akan menjadi negara yang maju dalam pengetahuan. Ega bertekad untuk lebih mencintai Indonesia. Ega ingin seluruh warga bisa mengenal sosok pahlawan. Ega juga ingin memperbaiki lingkungan, dan ikut memberantas korupsi.
Selama membagikan stiker dan pin antikorupsi, kami tidak menggunakan kendaraan mewah. Melainkan, berjalan kaki dan menaiki kendaraan umum. Itu karena kami ingin memperlihatkan kesederhanaan. Masyarakat juga menyambut kesederhanaan kami. Itulah yang ingin kami perlihatkan. Kesederhanaan dan kerja keras untuk memberantas korupsi. Ega benar-benar bahagia ketika masih banyak yang peduli dengan korupsi.
Ega mendapat kesempatan untuk menjadi wartawan cilik, pada audiensi antikorupsi bersama organisasi Ekonomi Bebas Korupsi (EBK). Ega meliput kegiatan audiensi tersebut. Mulai dari masalah korupsi, cara pemberantasan korupsi, dan cara pencegahannya. Ternyata banyak sekali calon koruptor Indonesia. Misalnya, anak muda yang mengambil uang orangtua diam-diam, mencontek, memalak, dan banyak lagi. Untung saja, Ega tidak ingin melakukan hal buruk seperti korupsi.
Selain mengikuti organisasi KPAP, Ega juga mengikuti organisasi Generasi Muda Penggemar Romo Mangun (GMPRM). Romo Mangun adalah satu dari inspirator hebat di Indonesia. Karena banyaknya hal yang bisa dipetik dari keseharian Romo Mangun, organisasi GMPRM menerbitkan buku tentang Romo Mangun. Ega bersemangat ikut menulis.
Tanggal 20 Mei 2015, Ega merasa senang karena buku pertama yang memuat karya Ega diluncurkan. Buku yang berjudul ‘Y.B. Mangunwijaya Puspa Pena Anak Muda’ Ega tulis bersama 30 penulis muda lintas suku, lintas usia, dan lintas agama. Dalam buku itu terdapat 37 tulisan dan 2 di antaranya adalah tulisan Ega. Tulisan pertama berjudul ‘Aku (Harus) Go Green Seperti Romo Mangun’ dan yang satunya lagi berjudul ‘Romo Mangun Pahlawanku’.
Naskah yang berjudul ‘Aku (Harus) Go Green Seperti Romo Mangun’ Ega buat untuk memperkenalkan, bahwa Romo Mangun adalah sosok pecinta lingkungan yang harus ditiru. Sikap go green Romo Mangun, misalnya memberikan kolam ikan pada ruangan, ventilasi besar, dan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Ega yakin, dengan tulisan Ega, banyak orang yang terinspirasi dengan sikap go green Romo Mangun.
Sedangkan, naskah yang berjudul ‘Romo Mangun Pahlawanku’ menceritakan tentang Romo Mangun yang mendirikan sekolah Ega, SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Romo Mangun melihat begitu banyak warga miskin yang kurang pendidikan. Selain itu, efektifitas pelajaran di Indonesia juga kurang. Maka, SD Kanisius Eksperimental Mangunan dijadikan sebagai tempat belajar semua kalangan yang memiliki kurikulum khusus.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H