Mohon tunggu...
Agustina Utami
Agustina Utami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Anti-Hoax Sang Pendidik

6 Oktober 2017   21:59 Diperbarui: 6 Oktober 2017   22:04 3101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuncinya adalah literasi dan kecerdasan masyarakat dalam menyaring informasi. Jangan sampai menelan mentah-mentah konten apa pun yang tersaji di media sosial, termasuk konten berita-berita hoax.  Kita harus pandai mengidentifikasi setiap informasi yang ada di media sosial supaya tidak terjebak dalam perangkap berita hoax.               

Dimulai dengan membaca berita secara kritis. Cermati baik-baik judul dan isi berita ataupun informasi yang kita terima di media sosial kita. Seringkali berita hoax diawali dengan judul yang sangat menarik, bombastis dan kontroversial tetapi isi dari beritanya tidak jelas dan kadang tidak relevan dengan judulnya. 

Kemudian periksalah sumber dari berita tersebut, berita hoax jelas tidak akan mencantumkan sumber yang jelas, cek kebenarannya dan katakan tidak pada berita hoax, perhatikan alamat situs dari berita tersebut apakah itu situs resmi atau tidak, situs milik lembaga pemerintah, lembaga swasta atau pribadi. Pastikan dan identifikasi apakah berita yang kita terima itu fakta atau opini, jika berita itu fakta otomatis akan disertai dengan bukti-bukti dan sumber yang jelas, jika itu hanya sebuah opini berarti berita tersebut hanyalah hasil dari pendapat pribadi seseorang.               

Bagi saya secara pribadi gawai merupakan piranti yang mendukung pekerjaan dan kehidupan sosial saya. Tak dapat dihindari banyak berita hoax yang setiap saat mampir di media sosial yang saya gunakan. Ketika menerima berita apapun di media sosial  saya akan memilah berita, jika berita tersebut tidak ada hubungannya dengan minat dan pekerjaan, saya abaikan. 

Jika berita tersebut saya minati maka saya akan membacanya dengan cermat dan mengecek kebenarannya, tidak "latah" share berita kepada teman dalam media sosial, melakukan literasi media mosial dalam kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan, mengajar anak supaya cerdas dalam memfungsikan dan memanfaatkan media sosial bagi kehidupan.               

Dalam panduan Gerakan Literasi Sekolah, literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Pada langkah awal, "melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal. 

Literasi merupakan sesuatu yang terus berkembang atau terus berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan konteksnya sebab manusia berurusan dengan teks sejak dilahirkan, masa kehidupan, hingga kematian. Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan berbagai aspeknya karena teks itu representasi dari kehidupan individu dan masyarakat dalam budaya masing-masing. Komunitas sekolah akan terus berproses untuk menjadi individu ataupun sekolah yang literat. 

Untuk itu, implementasi Gerakan Literasi Sekolah diawali dengan cinta membaca menumbuhkan budaya baca dan dapat mengartikan apa yang dibaca, mengambil makna dari apa yang dibaca, mengingat teks merupakan representasi dari kehidupan individu maka sejak dini seorang anak diberikan pemahaman dan pendidikan literasi hingga mampu merepresentasikan dirinya sebagai seorang yang berbudi pekerti. 

Media sosial yang lahir dari  keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding jelas dibutuhkan kecerdasan dalam menuangkan representasi diri seseorang dalam kata-kata yang sarat makna. 

Dengan demikian salah satu wujud implementasi gerakan literasi sekolah adalah dengan literasi media sosial dimana peserta didik diajar untuk memanfaatkan media sosial bagi kehidupan yang lebih baik, lebih produktif, kreatif dan inovatif di tengah-tengah persaingan global yang semakin kompetitif.  Ketika seseorang cerdas secara literasi maka ia tidak akan termakan berita hoax. 

Untuk mengatasi berita-berita hoax yang ada di sekitar kita dibutuhkan pendidikan literasi yang dapat kita bagikan melalui media sosial kita. Memerangi hoax di media sosial dengan pendidikan literasi di media sosial. Salah satu filosofi jawa yang dapat digunakan untuk menangkis ujaran berita hoax adalah falsafah yang mengatakan ojo kagetan ojo gumunan tetep eling lan waspodo.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun