Mohon tunggu...
Agustina Dwi Cahyaningrum
Agustina Dwi Cahyaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UIN Jakarta

Memiliki hobi menulis juga membaca, maka dari itu saya akan mulai belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retorika dan Dakwah: Menelisik Hubungan Erat Keduanya

15 Juni 2024   07:53 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:58 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Agustina Dwi Cahyaningrum

(Dosen Retorika dan Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 

Dakwah adalah upaya mengajak orang dengan menggunakan kata-kata, sementara retorika merupakan keterampilan berbicara dengan baik. Dakwah yang disampaikan dengan bahasa yang indah akan menarik perhatian pendengar, hal ini dikenal sebagai dakwah bil lisan.

Selain dakwah bil lisan (melalui lisan), terdapat dakwah lain yang menggunakan tulisan. Dakwah ini dikenal dengan sebutan bil kitabah. Keduanya termasuk komunikasi verbal. 

Ada komunikasi verbal ada pula komunikasi non verbal. Komunikasi ini dapat dilakukan dengan bertemu langsung maupun tidak langsung, maksudnya bisa via tatap muka atau maya. Dakwah ini dikenal dengan sebutan dakwah bil hal. Dakwah ini mengajarkan atau memberi contoh keteladanan melewati aksi-aksi yang dilakukan. 

Lalu hubungannya retorika dengan dakwah apa? Jika retorika berkembang mulai dari seni berbicara ke ilmu berbicara, dakwah pun juga berkembang, tetapi dari kegiatan agama ke kajian agama. Awal mula retorika adalah menjadi warisan budaya lalu menjadi berkembang, dakwah pun sama berkembang pula menjadi ilmu yang terstruktur sistematis, masuk akal, dan dapat diverifikasi. 

Jika retorika bertujuan untuk menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif, maka pesan dakwah yang mencakup akidah, syariah, dan akhlak juga dapat disampaikan dengan cara yang sama. Pada tingkat tertentu, tujuan edukatif dari retorika dan dakwah juga sejalan. 

Jika dakwah dengan tujuan persuasif maka seharusnya apa yang diucapkan harus bisa memengaruhi pendengar. Cara yang dapat ditempuh bisa menggunakan ceramah, diskusi, juga dakwah bil hikmah. Tentu penyampaiannya harus dengan sabar, lemah lembut, dan meyakinkan. 

Dalam mengembangkan retorika, penting untuk menggunakan bahasa baku, data, dan riset. Persyaratan yang serupa juga berlaku dalam dakwah, termasuk dakwah bil lisan, bil kitabah, dan bil hal. Terutama ketika mempertimbangkan bahwa pendengar (mad'u) menjadi lebih kritis dan rasional. Maka dalam pemilihan materi dakwah pun harus sepenuhnya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 

Dalam retorika, Aristoteles mengenalkan konsep pathos, logos, dan ethos yang harus dimiliki oleh para da'i baik secara intelektual maupun spiritual. Namun, penting untuk dicatat bahwa ekspresi sedih atau gembira dari para da'i dalam konteks pathos bukanlah hanya sekadar retorika.

Dalam berdakwah, kemahiran dalam retorika verbal dan nonverbal sangat penting. Sebaliknya, dalam beretorika, diperlukan penekanan pada konten dakwah seperti akidah, syariah, dan akhlak. Dakwah yang tidak disertai retorika akan kehilangan daya tariknya, begitu pula retorika tanpa muatan dakwah akan kehilangan arahnya.

Ternyata setelah dipahami lebih lanjut antara retorika dan dakwah memiliki hubungan erat, ya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun