Jika Anda membaca artikel ini, itu memiliki dua kemungkinan alasan, antara Anda secara tanpa sadar telah dimanipulasi seseorang atau Anda mengenal seseorang yang menjadi korbannya.
Topik artikel kali ini cukup serius, jadi di awal akan ditekankan bahwa sebagian besar yang tertulis di sini berdasarkan opini. Untuk memperjelasnya, jenis perilaku manipulatif yaitu gaslighting dapat menyebabkan korban sangat menderita hingga trauma untuk jangka waktu yang lama. Jadi, artikel ini bertujuan untuk memperingatkan Anda atau teman Anda dari pelaku gaslighting dan memberitahu tentang gambaran kasar perlakuan yang dialami korban.
Gaslighting adalah perilaku manipulasi psikologis yang digunakan untuk mendapatkan kendali penuh dengan membuat korban bingung dan mempertanyakan ingatan, persepsi, serta kewarasan mereka sebelum akhirnya mereka menurut pada pelaku seperti bonekanya. Jenis manipulasi ini tidak dapat langsung dideteksi pada tahap awal karena seringkali pelaku sengaja melakukannya secara perlahan seperti bersikap sangat manis di awal kemudian perlahan-lahan mengendalikan setiap bagian dari kehidupan korban, termasuk jati dirinya.Â
Lalu, bagaimana cara mengenali perilaku manipulatif ini bila sulit dideteksi?Â
Yang menjadi pola umum dari pelaku gaslighting adalah pertama-tama mendekati calon korbannya tentu saja dengan berbagai macam alasan. Sejujurnya, pada tahap awal ini pelaku menilai apakah calon korban layak dimanipulasi atau tidak sesuai dengan respon calon korban. Bila targetnya adalah seseorang yang mawas diri dan menghindari orang asing yang tiba-tiba ingin mendekat itu, maka pelaku gaslighting akan berhenti dan mencari target berikutnya. Jika target berikutnya meresponnya dengan baik, maka pelaku ini akan perlahan-lahan memanipulasinya dalam bentuk paling sederhana yaitu meminta bantuan dan bertingkah seolah targetnya adalah satu-satunya yang dapat membantunya. Kemudian, perlakuannya berlanjut dengan sengaja bersikap baik pada target, memperlakukannya dengan istimewa, dan membuat target tidak memiliki keraguan padanya. Nah, setelah mencapai tahap ini di mana calon korban tidak menyadari adanya masalah, pelaku gaslighting itu akan tiba-tiba memberitahunya suatu kebenaran pahit yang tentang dirinya sendiri kepada target dengan tujuan mendapatkan simpatinya.Â
Lalu, jika langkah terakhir sebelumnya berhasil, maka calon korban tersebut telah terjebak sepenuhnya di mana itulah waktunya pelaku gaslighting memanfaatnya sampai habis, menggerogoti kewarasan korban dengan menyemburkan ide-ide baru yang harus diterima korban dan menyalahkan korban atas kebodohannya jika korban menolak menerima ide menyimpang tersebut. Pada fase ini, korban telah menyadari masalahnya, sayangnya sudah terlambat baginya karena pelaku gaslighting yang telah memanipulasinya itu dapat mengancamnya dengan semua informasi yang sensitif yang diperoleh dari korban. Tindakan yang begitu keji, hanya bukan manusia yang melakukan ini, ini adalah iblis.
Korban yang telah kehilangan harapan dan pasrah pada manipulasinya dapat kehilangan seluruh semangat hidupnya, menghindari kontak sosial dengan orang lain, menutup diri, mengalami depresi berkepanjangan, dan juga memiliki potensi tinggi untuk mengakhiri dirinya. Pada tahap ini, korban mungkin mencoba meminta bantuan kepada orang-orang dengan cara yang tidak langsung agar pelaku gaslighting tidak semakin menghancurkannya. Ketika korban memperoleh pertolongan, dia akan segera menjadi panik, antara takut untuk memprovokasi pelaku dan ketakutan jika terus dalam keadaannya.Â
Apabila korban memilih berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan melepaskan pelaku, maka mulai dari sini kekejian pelaku gaslighting memuncak. Pelaku itu akan menyebarkan rumor buruk tentang korban, mencemarkan namanya, kemudian menghubungi korban dan mengancamnya untuk kembali. Selain itu, pelaku gaslighting ini akan mulai membuat citra baru dirinya dengan meyakinkan orang-orang yang semula membantu korban untuk mempercayai bahwa pelaku telah bertobat dan berubah. Ini adalah bagian manipulasi besar untuk semakin menghancurkan mental korban dan merupakan salah satu hal yang sudah diperhitungkan pelaku jauh-jauh hari.Â
Korban yang telah mengalami semua hal di atas akan mengalami trauma besar, menderita gangguan kecemasan, paranoid, dan juga mempertanyakan kewarasan dirinya sendiri hingga korban ini mengambil langkah terakhirnya.Â
Ingatlah satu hal penting ini, bukan kesalahan korban atas penderitaannya! Jadi, bila Anda salah satu orang yang mengetahuinya dan justru menyalahkan korban, maka Anda dapat menganggap diri Anda sebagai teman pelaku gaslighting. Apakah ini cukup provokatif? Jika Anda tersinggung, bukankah itu artinya benar?
Jika ada salah satu ciri atau di mana Anda merasakan salah satu tanda-tanda yang disebutkan di atas, Anda benar-benar harus lari! Selamatkan diri Anda! Hanya Anda satu-satunya yang dapat menyelamatkan diri Anda sendiri! Juga, berdoalah, jangan menganggap ini remeh karena pertolongan Tuhan adalah suatu hal yang pasti paling Anda syukuri.Â
Terakhir, bila pelaku gaslighting datang meminta maaf dan menyatakan sudah bertobat dan menceritakan bahwa pelaku ini ingin korbannya bahagia, itu adalah upaya manipulasi yang disamarkan dengan permintaan maaf. Jangan pernah sedikit pun mempercayai kata-kata pelaku, apapun bentuknya. Ingatlah bahwa bentuk permintaan maaf terbaik dan paling tulus ialah dengan tidak lagi mengganggu korban dan menghilang dari sekitar korban.
Sekian untuk artikel dengan topik yang sensitif ini, apapun yang terjadi jangan biarkan orang keji seperti itu mempengaruhi hidup Anda seterusnya. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H