Sedangkan maksud dari pemakaian penutup mata emas pada orang yang meninggal kemungkinan dimaksudkan untuk mencegah roh/ jiwa orang yang meninggal kembali ke rumah dan menggangu penduduk kampung/rumah.
Praktek mencegah roh kembali ke rumah masih dapat ditemukan di Indonesia bagian timur dengan mengeluarkan mayat yang meninggal dari jendela rumah lalu menghantarkan ke pemakaman melalui jalan yang berputar dan meletakan kepala mayat di dalam wadah tembikar , semua ini bertujuan agar roh tidak dapat kembali ke kampung/rumah tinggalnya.Â
Penutup mata emas memiliki bentuk yang bervariasi, umumnya bagian tengah diberi lubang meskipun hanya dibuat seperti garis lurus ataupun memang sengaja dilubangi dengan diameter satu centimeter. Namun ada juga penutup mata yang tidak memiliki lubang pada bagian tengahnya. Bahkan ada penutup mata yang ditemukan dalam bentuk topeng seperti yang ditemukan di situs Pasir Angir, Bogor.
Secara teknik, tampaknya lembaran emas dibuat dengan memukul emas dengan palu sampai menjadi lembaran emas yang tipis, menggoreskan atau memotongnya dengan alat yang tajam sesuai dengan keinginan.
Adanya kelompok pengolah logam di dalam masyarakat bisa dilihat dari prasasti Bebetin berangka tahun 836 M yang ditemukan di Bali. Di dalam prasasti itu disebutkan adanya kelompok pande seperti pande emas, pande tembaga dan pande besi. Hal ini menyiratkan bahwa pada periode Hindu-Buddha, telah berkembang ketrampilan membuat alat dan perhiasan di Bali.
Meskipun prasasti ini berbicara situasi pada abad ke-9 M. tetapi temuan cetakan nekara tipe Dongson di Bali menunjukkan bahwa keahlian logam telah dimiliki oleh masyarakat Bali sejak masa prasejarah. Kemungkinan ini bisa saja terjadi pada kelompok masyarakat lainnya di Nusantara.
Temuan penutup mata emas pada kubur di Nusantara juga menyiratkan bagaimana tingginya kebudayaan mereka bahkan bisa jadi masyarakat Nusantara pada masa lalu sudah begitu makmur sebenarnya. Bahkan dalam catatan portugis yang datang ke Jawa tahun 1515 memberitakan bagaimana makmurnya orang Jawa sampai-sampai leher rantai anjingpun terbuat dari emas. Nah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H