Disisi lain, pihak yang menang seharusnya juga tidak melakukan euforia yang berlebihan karena dikhawatirkan menimbulkan perasaan kecewa yang membakar emosi kelompok yang kalah sehingga berujung pada terjadinya konflik. Apalagi jika konflik tersebut diperparah dengan rasa kefanatikan dan permusuhan yang pernah terjadi sebelumnya di masa-masa kampanye.
Lonnie H Athens (Boni Hargens, 2009), menegaskan bahwa penafsiran situasi (interpretation of situation) merupakan awal dari perilaku kekerasan politik. Artinya  jika sebuah perbuatan atau tindakan-tindakan lawan ditafsiri sebagai sebuah hujatan, hinaan ataupun ejekan maka sudah barang tentu akan terjadi konflik-konflik yang disebabkan oleh penafsiran situasi yang kurang tepat.
Dari sinilah seorang politisi negarawan yang sejati dituntut untuk memeliki jiwa yang besar, kedewasaan berpolitik serta ketulusan dalam mengabdi kepada bangsa sehingga tindakan serta kata-katanya dapat menentramkan bahkan sikap kekalahanya pun dapat memberi motivasi dan semangat bagi masyarakat untuk lebih maju dan bersama-sama membangun Negara dalam kehidupan berdemokrasi yang harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H