Mohon tunggu...
Agustiawan
Agustiawan Mohon Tunggu... Dokter - Doktermu

Dokter | Promotor Kesehatan | Humoris | Dapat Diandalkan Instagram: @agustiawan28 @hep.id @hep.program

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stunting (Masih) Masalah Kita, Refleksi Hari Gizi Nasional 2020

23 Januari 2020   20:24 Diperbarui: 23 Januari 2020   20:43 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengangkutan air yang dilakukan vendor profesional jauh lebih mahal untuk rumah tangga yang mengkonsumsi. Harga vendor 10-20 kali lebih besar dari harga yang dikenakan oleh PDAM rata-rata sekitar 20% dari pendapatan rumah tangga.

Harga yang mahal tersebut mencerminkan inefisiensi transportasi air dengan teknologi seperti troli tangan, gerobak keledai, jeriken dan ember. Whittington mempelajari opsi terbuka untuk pelanggan vendor di Ukunda, Kenya, dan menemukan bahwa mereka biasanya memilih opsi yang lebih mahal dan hemat waktu hanya jika trade-off menilai waktu mereka lebih dari tingkat upah tidak terampil.

Hal itu tidak secara ekonomis membuat keluarga miskin lebih memilih penjual daripada mengambil air sendiri karena mungkin ada sedikit atau tidak ada pemasukan tambahan dalam anggaran rumah tangga untuk membayar air. Semakin miskin keluarga, semakin sedikit yang tersisa setelah pengeluaran makanan dan semakin besar proporsi pengeluaran rumah tangga untuk makanan. Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Engel.

Pasokan air mempengaruhi status gizi tidak hanya melalui hubungan metabolik kompleks yang dijelaskan sebelumnya, tetapi juga dengan rute paling langsung yang dapat dibayangkan yaitu mahalnya biaya yang dibayar untuk air yang membuat mereka tidak memiliki cukup dana untuk diet yang memadai. Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa WASH yang buruk membawa risiko kematian akibat diare membuat orang bersedia membayar harga air yang begitu tinggi untuk keselamatannya.

Hal ini menunjukkan bahwa kita tinggal di sebuah negara dengan masalah yang kompleks. Sekarang, mau darimana kita mulai membangun SDM kita untuk menyongsong bonus demografi 2030 dan Indonesia 100 tahun pada 2045? Tentunya ini semua bukan tanggung jawab aku dan kamu, tapi tanggung jawab kita semua.

Oleh: dr. Agustiawan

  • Ketua Perkumpulan HEP (Health Education and Promotion)  Indonesia
  • Wakil Ketua Pusat Kajian Hukum Kesehatan Universitas Terbuka
  • Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Pengurus Daerah DKI Jakarta
  • Anggota Perkumpulan Promotor dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) Pengurus Daerah DKI Jakarta

Referensi

  1. Almatsier S. Pedoman Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka; 2012.
  2. Soetjiningsih G. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 2015.
  3. UNICEF. Global Nutrition Report: From Promise to Impact Ending Malnutrition bt 2013. 2016.
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin: stunting. Jakarta; 2016.
  5. Headey D; Palloni G. Water, Sanitation, and Child Health: Evidence From Subnational Panel Data in 59 Countries. Demography. 2019;56:729--52.
  6. World Health Organization (WHO); UNICEF. Progress on sanitation and drinking water: 2015 update and MDG assessment. Geneva: World Health Organization; 2015.
  7. Black RE; Victora CG; Walker SP; et al. Maternal and child undernutrition and overweight in lowincome and middleincome countries. Lancet. 2013;382:427--51.
  8. Cumming O; Cairncross S. Can water, sanitation and hygiene help eliminate stunting? Current evidence and policy implications. Matern Child Nutr. 2016;12(1):91--105.
  9. Millennium Challenge Account Indonesia. Short and Future of Indonesia. Jakarta; 2013.

"Silahkan email agustiawan.dr@gmail.com jika membutuhkan sitasi/referensi yang saya masukkan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun