Mohon tunggu...
Agustian Donizar
Agustian Donizar Mohon Tunggu... -

"Langit Berawan Belum Tentu Hujan" Facebook:Agustian Donizar Instagram:@agustiandonizar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Artikel - Demokrasi dalam Pelaksanaan Pendidikan

3 Desember 2017   17:32 Diperbarui: 3 Desember 2017   17:48 4844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, bahwasannya tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Jika ditilik dengan seksama, tujuan pendidikan ini sangatlah mulia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diharapkan mampu mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai problematika. Penulis sendiri pernah mengalami KBM di kelas dengan guru yang diktator. Pelajaran sejarah yang seyogyanya menjadi pelajaran yang menyenangkan karena memiliki alur cerita layaknya drama korea malah menjadi momok karena sistem pengajaranya yang kaku. Selama jam belajar, murid harus selalu memperhatikan dengan tangan tersusun rapi di atas meja. Jangankan bertanya, mengeluarkan suara sudah dapat ceklis blacklist. "Hei yung, absenmu nomor berapa?".

Pengalaman lain juga pernah dialami dengan guru "teks book". Saat penjelasan materi pada proses KBM mata pelajaran Pkn berjalan dengan normal. Guru menjelaskan dengan runut dan materi tersampaikan dengan baik. Yang menjadi catatan adalah saat ujian. Soal diberikan dengan batasan waktu yang sangat minim. Jawaban pun harus sama persis dengan apa yang ada di buku. 

Persiapan sebelum menghadapi ujian adalah menghapal mati isi buku dan mempercepat ritme tangan menari di atas kertas saat menuliskan jawaban. Siswa yang sudah hapal betul belum tentu dapat nilai sempurna hanya karena kecepatan tangan menuliskan jawaban lebih lambat dibanding jatah waktu yang diberikan. Ini adalah sebagian kecil contoh problematika pendidikan di Indonesia. Sistem pelajaran yang kaku, teks book, diktator, serta memukul rata kemampuan siswa adalah kendala untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang sebenarnya.

Untuk itu perlu revolusi dalam bidang pendidikan yang menawarkan cara pengajaran yang lebih modern dan bermatabat dengan pendidikan yang demokrasi. Menurut KBBI, demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Sementara itu, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai kesempatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya. Dengan demikian tampaklah bahwa demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan.

Poin penting yang perlu diketahui bahwa konsep "perlakuan yang sama" dalam demokrasi pendidikan adalah memperlakukan peserta didik secara adil dengan tetap memahami diferensiasi dan keunikan mereka. Sistem pembelajaran ini sangat mengharamkan "pilih kasih". Semuanya berhak mendaptkan pendidikan yang baik.

Hubungan guru dan murid haruslah berimbang. Pusat pembelajaran tidak hanya bertumpu pada guru sebagai satu-satunya pusat kendali dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi sistem pembelajaran yang saling berbagi. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan ide, memberikan interupsi, mengajukan pertanyaan dengan cara yang benar. Terkadang kita pernah mendengar selentingan kabar bahwa ada guru yang tidak mau diprotes dan kekeh dengan pendapat sendiri tanpa memberikan penjelasan yang memuaskan siswa. Keluwesan sang guru sangat diperlukan dalam pendidikan yang demokratis tanpa mengurangi sikap tegas dan berwibawa.

Pendidikan yang demokratis memprioritaskan pembelajaran yang ramah. Saat proses pembelajaran, guru tak perlu sungkan untuk memberikan feed back dengan memberikan pujian sebagai bentuk penghargaan. Dengan memiliki sifat dasar manusiawi, murid pun senang dengan pujian. Pujian mampu mengubah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan memacu semangat belajar siswa walau hanya dengan ajungan jempol atau tepuk tangan. Inilah bentuk susana pembelajaran yang demokratis.

Sebagai gambaran, Finlandia yang merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia telah menerapkan pendidikan yang demokrasi. Menurut sumber dari courtesy youtube yang penulis dapatkan, sistem pendidikan di Finlandia meminimalkan tes dan memaksimalkan kolaborasi yang berarti kerja sama di kelas saat memecahkan masalah. Sistem pendidikan di sana juga memahami keunikan anak untuk peningkatan mutu. Sekolah yang ramah dengan pengajar yang berkualitas diterapkan dengan cermat. Kelas-kelas diisi dengan siswa yang berlatar belakang heterogen. Siswa didorong untuk independen mencari informasi yang mereka butuhkan. Hasil survey internasional pada tahun 2009 oleh Programme For International Student Assesment menempatkan Finlandia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

Sungguh, pendidikan yang kaku terkadang memiliki benang merah terhadap kekerasan. Secara tidak langsung, anak didik juga di ajari kekerasan karena guru memberikan hidangan pengajaran yang kaku dan sarat kekerasan. Tak pelak siswa menjadi gampang tersinggung dan bentuk pertahananya berubah menjadi anarkis. Hal ini sangat tak diharapkan dalam pendidikan kita. Sebab tujuan pendidikan adalah mendidik peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Semoga pendidikan di Indonesia semakin bagus dan maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun