Mohon tunggu...
Agustian Anggraeni
Agustian Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa PPG Prajabatan di kampus Universitas Jember.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TI-7 Koneksi Antar Materi Filosofi Pendidikan

11 Januari 2024   09:42 Diperbarui: 11 Januari 2024   10:11 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Agustian Anggraeni

Kampus : Universitas Jember

Setelah mempelajari mata kuliah filosofi pendidikan pada topik perjalanan pendidikan Indonesia dimulai dari perjalanan saat Indonesia masih belum merdeka yang mana pendidikan masih sangat sulit dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat merasakan pendidikan yang layak. Pendidikan yang layak tersebut merupakan pendidikan yang diberikan oleh kolonial belanda dan pastinya pendidikan itu diberikan untuk kepentingan kolonial belanda saja, jadi secara singkatnya kolonial belanda memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia untuk mengambil orang yang memiliki pemikiran hebat lalu memanfaatkannya untuk kepentingan kolonial belanda entah dalam bidang politik, ekonomi, dan administrasi.

Pendidikan pada zaman kolonial belanda pada saat itu dibatasi kekuasaan dan diskriminasi. Masyarakat Indonesia tidak semua bisa menempuh Pendidikan yang layak, hanya rakyat keturunan bangsawan yang bias masuk dalam dunia pendidikan, Tentu saja Pendidikan anak Indonesia tidak diabaikan begitu saja. Beberapa Bupati daerah membangun sekolah di Kabupaten dengan tujuan untuk melatih beberapa orang agar dapat masuk di perusahaan belanda. Pada tahun 1914 lahirlah sekolah bumiputera pada saat itu hanya ada tiga kelas dan pembelajaran yang diterima oleh masyarakat hanya membaca, menulis serta berhitung. Namun pada dasarnya pendidikan zaman kolonial Belanda bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Belanda pada saat itu. Pemerintah Belanda tidak lain hanya ingin mempekerjakan masyarakat pribumi pada ranah pemerintahan.Pada kala itu pemikiran masyarakat hanyalah yang penting bisa bekerja karena pada era itu perekonomian tidak stabil

2 Mei 1889 lahir seorang pribumi yang bernama Ki Hadjar Dewantara yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan secara barat dan setelah dewasa mulai mengikuti serta mendirikan beberapa organisasi di bidang pendidikan. Gerakan tersebut dilakukan atas dasar rasa prihatin melihat rakyat Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak dan merata. Ki hadjar dewantara menciptakan sistem pendidikan yang berciri ketimuran terwujud pada terbangunnya Taman siswa di Yogyakarta. Melalui sekolah ini Ki Hadjar Dewantara menumbuhkan kesadaran terhadap bumiputera akan hak-haknya yang utuh sebagai manusia.

Pada hakikatnya pendidikan adalah segala daya dan upaya dikerahkan secara terpadu untuk tujuan memerdekakan aspek lahir dan batin manusia seperti yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara. Pengajaran dalam pendidikan di artikan sebagai upaya membebaskan anak didik dari ketidaktahuan serta sikap iri, dengki dan egois yang dimiliki anak-anak sehingga diharapkan dapat menjadi pribadi yang dewasa dan bijaksana. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pengajaran harus pula ditekankan pada pendidikan budi pekerti , seseorang yang memiliki kecerdasan dan budi pekerti ialah orang yang mampu selalu memikir-mikirkan, merasa-rasakan, serta senantiasa memaknai ukuran, timbangan dasar yang tetap dalam perkataan dan tindakan. Kecerdasan budi pekerti inilah yang akan menjadi landasan tiap anak-anak untuk mencapai kemerdekaan sebagai manusia yang berarti dan dapat menguasai diri menjadi pribadi yang beradab dan mampu menghormati kemerdekaan orang lain. Sesuai dengan semboyan dari KI Hadjar Dewantara

  • Ing Ngarsa Sung Tulada, yang berarti orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu menjadi contoh yang baik atau dalam artian dapat menjadi "central Figure" bagi siswa (Among).
  • Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti bahwa pamong atau pendidik sebagai pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat dan kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal (Momong)
  • Tut Wuri Handayani, yang berarti Di depan memberikan contoh yang baik, di tengah dapat memberikan semangat, dan di belakang bisa memberi dorongan (Ngemong).

Namun, pada dasarnya saat ini pendidikan di Indonesia masih saja tertinggal karena beberapa hal yakni tidak meratanya kesempatan dan hak-hak peserta didik yang harusnya di dapatkan oleh anak-anak sebagai generasi bangsa, sistem pendidikan yang masih mementingkan nilai, kurikulum yang tidak fleksibel dan sering berubah, pembelajaran yang masih mengacu pada tradisi di beberapa tempat terpelosok. Maka dari itu diharapkan melalui gagasan Ki Hadjar Dewantara sebagai semboyan Pendidikan Nasional dapat di perbaiki kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun