Tidak lagi diperlukan pertempuran yang menghabiskan banyak nyawa untuk menjadi pahlawan di jaman nowini. Tentunya cara tersebut kuranglah elok dan bermartabat hanya sekedar untuk disebut sebagai pahlawan. Namun, hal ini wajar saja di jaman sekarang dimana manusia memerlukan adanya suatu eksistensi diri dan apreasiasi yang lebih sehingga dapat disegani dan dianggap manusia super dikalangan kelompok masyarakat tertentu.Â
Eksistensi dan apreasisi diri merupakan tujuan implisit dari seorang manusia yang dibalut dengan aksi pembelaaan bak pahlawan. Ada memang yang tulus berjuang, tetapi tidak sedikit yang hanya berjuang untuk kepentingan  tertentu  secara pribadi maupun kelompoknya. Sehingga muncul sebuah pemikiran yang negatif bahwa pahlawan itu dapat dibuat dan ditunjuk oleh suatu kelompok tertentu dan untuk suatu tujuan tertentu.
Kisah kepahlawanan di era 4.0 ini, memang dikemas dan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu 1) Internet of Things (IoT), 2) Internet of People (IoP), dan 3) Internet of Everythings (IoE).  Internet of things adalah suatu konsep dimana suatu objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer.Â
Kepahlawanan 4.0 ini dibangun berdasarkan jaringan yang sudah ada ataupun membangun sebuah jaringan baru menurut azas dan tujuan yang sama ataupun karena perasaan senasib. Biasanya kisah kepahlawanan ini, dilabeli dengan mengumpulkan masa dalam jumlah tertentu untuk melaksanakan suatu pembelaan dan memunculkan seseorang sebagai pahlawan. Jaringan inilah yang membesarkan calon-calon pahlawan ini seolah-olah berjasa akan suatu perjuangan tertentu.Â
Dalam kisah kepahlawanan ini ada yang positif, tetapi tidak sedikit yang negatif tergantung perspektif kelompok tersebut. Yang kedua adalah adanya Internet of People, setelah sistem jaringan yang dibangun melalui kelompok-kelompok tertentu dimana dalam kelompok ini orang-orang yang tergabung didalamnya dibangun suatu pemahaman yang sama dalam memahami perjuangannya.
Membangun pemahaman ini tentulah harus ada orang yang kuat dan berkarisma yang kira sebut sebagai calon pahlawan, karena nantinya karakter ini yang akan diusung menjadi pahlawan.Â
Karakter yang dimiliki oleh orang ini harus mampu mempengaruhi opini dari setiap orang yang tergabung dalam kelompok tersebut. Dan yang terakhir adalah Internet of Everythings, konsep yang ketiga ini adalah konsep penggalangan opini yang positif kepada calon pahlawan, karena bagaimanapun juga internet adalah senjata dalam menyebarluaskan informasi terkait dengan calon pahlawan kita ini.Â
Media yang tersebar di internet dapat dijadikan media sosialisasi gratis bagi kelompok tertentu untuk mempengaruhi opini masyarakat terkait dengan calon pahlawan ini. Opini-opini positif selalu dibangun dalam rangka meningkatkan persepsi positif masyarakat terhadap calon pahlawan, ketika ini sudah didapat maka dengan mudah suatu kelompok ini mengusung dan menobatkan seseorang ini menjadi pahlawan.
Dengan demikian, menjadi pahlawan di era 4.0 ini sangat mudah hanya dengan menguasai internet tanpa perlu berjuang mengkompensasi nyawa seperti jaman kemerdekaan.Â
Tentunya pemerintah tidak membatasi pengertian pahlawan hanya pada mereka yang berjuang pada jaman kemerdekaan, perlu juga mengapreasiasi mereka yang sudah berjuang dan berdampak pada kemajuan bangsa dan negara di bidang-bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan, dan lainnya untuk dijadikan pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H