Mohon tunggu...
Agustav Triono
Agustav Triono Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru dan pegiat seni

menyukai dunia seni terutama sastra dan teater

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak-Anak Mendongeng di Atas Panggung

16 Januari 2012   17:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia anak-anak memang dunia yang unik, dimana segala hal yang baru pada masa anak-anak akan menjadi selalu menarik dan segar bagi anak-anak sendiri maupun bagi orang tuanya. Banyak sekali penyaluran ekspresi bagi anak-anak. Orang tua jelas  akan mengarahkan mereka ke hal-hal yang positif. Namun dengan perkembangan jaman yang kian kental dengan teknologi, kadang kita lama kelamaan menjadi budak bagi perkembangan jaman. Televisi, Game Online, Playstation, Internet,Handphone adalah beberapa penanda jaman yang tak bisa dipungkiri ikut mempengaruhi perkembangan anak. Disatu sisi memang bagus dan baik kalau memang kita mampu mengendalikan penggunaannya. Namun bila kecanduan akan membahayakan bahkan bisa menghancurkan perkembangan anak. Untuk itulah mungkin peran keluarga sangat menentukan terhadap perkembangannya.

Lalu bagaimana untuk mengendalikan itu semua?

Banyak cara yang bisa ditempuh. Misal mengikutsertakan mereka ke pengajian anak, les renang, les musik, ekstrakurikuler sesuai minat dan bakatnya di masing-masing sekolah dan sebagainya. Itu adalah beberapa contoh hal yang positif untuk menyeimbangkan gempuran majunya teknologi. Ada satu hal yang mungkin luput dari pandangan kita, yaitu dongeng.

Dongeng adalah kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif maupun cerita nyata. Padanya terkandung pesan moral maupun nasehat. Jaman dulu biasanya orang tua mendongengkan sebuah cerita pada anaknya sebagai pengantar tidur.  Secara turun-temurun dari generasi ke generasi, dongeng berkembang. Untuk tingkat Taman Kanak Kanak kadang masih disampaikan oleh gurunya. Mendongeng tidak hanya bisa dilakukan oleh orang tua maupun guru selain itu bisa juga dilakukan anak itu sendiri dihadapan teman-temannya.  Dari mendongeng selain bisa menghibur juga terkandung pesan moral maupun nasehat yang bisa membentuk karakter positif bagi anak. Tampaknya dengan alasan itulah Himpunan Mahasiswa Komunikasi FISIP Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto menggelar Lomba Mendongeng bagi anak SD.

Lomba yang merupakan salah satu rangkaian acara Pesta Kreasi Anak itu digelar hari Minggu, 15 Januari 2012 bertempat di Gedung Harmoni Purwokerto. Meski hanya diikuti 10 peserta namun nampak antusiasme penonton baik dari panitia, para peserta,  para orang tua  maupun sebagian mahasiswa yang menyaksikan. Cerita yang dibawakan adalah dongeng-dongeng dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Timun Emas, Asal Mula Banyuwangi dan Asal Mula Selat Bali. Meski dongeng-dongeng itu cukup dikenal namun Muhammad Iskandar, salah satu pegiat teater Banyumas yang juga menjadi salah satu juri sedikit menyayangkan kurang beragamnya dongeng yang disediakan panitia. "Kenapa tidak ada naskah yang mengangkat local content dari Banyumas sendiri, misalnya cerita Baturraden atau Kamandaka?". Terlepas dari itu memang penyelenggaraan lomba dongeng bisa memberi warna yang berbeda dari yang biasanya, sebab pada umumnya lomba untuk anak adalah mewarnai, melukis atau peragaan busana saja, tambahnya.

Penampilan peserta dalam mendongeng diatas panggung memang beragam. Masing-masing peserta berusaha tampil maksimal meski ada juga yang masih mencoba menghafal bahkan membaca naskah. Penggunaan properti atau alat peraga juga lumayan menghidupkan penampilan mereka di panggung yang berukuran cukup besar itu. Namun rata-rata anak-anak yang tampil masih terkesan buru-buru dalam mendongeng. Tapi sebenarnya bukan perlombaan atau kalah menangnya saja yang bisa dilihat dari kegiatan ini, usaha para mahasiswa dalam pelestarian tradisi mendongeng bagi anak-anak lah yang patut diacungi jempol.

(Agustav Triono, salah satu juri Lomba Mendongeng Pesta Kreasi Anak  Himpunan Mahasiswa Komunikasi UNSOED)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun