Mohon tunggu...
Agus Tarunajaya
Agus Tarunajaya Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hanya seorang laki-laki biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Politik Kebencian dan Kambing Hitam

20 Maret 2019   04:14 Diperbarui: 20 Maret 2019   05:10 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kebayang tidak sih, 5 tahun didoktrin kebencian lewat postingan-postingan hoaxs, fitnah dan hasad [kedengkian] di sosmed oleh oposisi terhadap pemerintah? Sudah pasti mengendap dan berkarat.  

Saya menyebutnya, "Politik Kebencian".


Cara itu pernah berhasil dilakukan oleh Donald Trump di AS, sampai dia berhasil terpilih jadi Presiden.

Dalam psikologi, ternyata doktrin kebencian lebih efektif digunakan untuk mengikat kelompok tertentu. [dr.Ryu Hasan]

Di antara kebencian dan kebaikan, otak manusia cenderung lebih memodulasi ancaman yang muncul dari kebencian.

Politik kebencian jika dilakukan secara terus menerus, selain mengikat sebuah kelompok, juga lebih cepat penularannya. Sebab, secara psikologi Islam, fitrah manusia umumnya menyukai kebaikan, dan tidak menyukai kejahatan, bahkan kesalahan.

Contoh, kita makan dan minum pasti lebih memilih yang baik-baik dan yang enak-enak, ketimbang makanan yang buruk dan nampak tidak enak. Kita akan memilih goreng daging ayam atau telor, daripada memilih panggang ikan asin dan terasi.  Lebih memilih buah apel dan jeruk, ketimbang buah Lobi-lobi atau Mengkudu. 

Nah, politik kebencian ini, yang dilakukan oposisi selama 5 tahun, senantiasa menyodorkan berita dan isu-isu bahwa pemerintah itu seperti buah Cangkudu, atau Terasi gosong. Sedangkan kita semua secara normal inginnya sudah pasti makan yang enak-enak dan baik, yang bergizi dan menyehatkan. Kalau bisa, turut merasakan nikmatnya makanan itu [kecipratan proyek, dsb.]

Alhasil, hanya orang cerdas dan memiliki filtrasi iman hebat, yang mampu menagkal segala serangan dari sampah elektronik tentang kebencian terhadap pemerintah.

Umumnya, mereka yang paham bagaimana bersikap "Sami'na wa atho'na" (kami mendengar dan kami ta'at] kepada pemimpin, serta menyakini, bahwa "Allah tidak akan merubah suatu kaum, kalau tidak dirinya sendiri yang merubahnya", dengan semangat ikhtiar serta hanya bergantung kepada Allah saja.

Selama negara dipimpin dengan aman, berjalan kondusif melakukan perubahan, pembenahan, perbaikan, pelayanan, dan pembangunan, disertai hasil yang nampak oleh mata bangsa Indonesia, ya sudah lebih dari hebat. Pemimpin yang amanah, jujur, bersih, beriman kepada Allah dan tetap santun, tidak memperkaya diri sendiri, tidak korupsi, dan tidak berkarakter 'aneh'.

Bagi orang yang beriman, muslimin khususnya, kualitas iman dan Islam seorang pemimpin itu jadi acuan utama. Terutama tentang solat beserta rukunnya. Serta perintah-perintah agama lainnya.

Misal, seperti kewajiban menikah [tidak menjomblo] jika sudah mampu. Dalam pandangan Rasulullah, yang tidak mau nikah padahal mampu, itu termasuk pada kelompok para Pendeta Nasrani yang tiap hari minggu ibadah di Gereja.

Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu:

"Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat, dan janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani." [HR. Al-Baihaqi (VII/78)]

Setelah itu, baru kita masuk pada program dan visi-misi yang akan dilaksanakan. Dan sesudah itu, tentu kebaikannya, kinerja dan loyalitasnya, keberadaannya di tengah masyarakat, apakah sudah banyak memberi manfaat? Atau baru akan...

POLITIK KAMBING HITAM
Kelanjutan dari politik kebencian adalah menarget KAMBING HITAM supaya tumbang. Sebab Hasad [kedengkian] itu membakar ilalang untuk menghancurkan rumah di tengah ladang.

Ahok yang menista al-Qur'an, yang disalahkan Jokowi. Didemo berjilid-jilid sampai Ahok masuk penjara, yang disalahkan tetap Jokowi.
Habib Rizik terjerat UU IT chat pornografi, yang disalahkan Jokowi. "Kriminalisasi Ulama" katanya. Lalu lari ke Arab Saudi sampai visanya habis, ditahan oleh pemerintah kerajaan Saudi, yang disalahkan tetap Jokowi. 
Habib Bahar gebukin dua santri, yang disalahkan Jokowi. disidang sampai divonis penjara, yang disalahkan tetap Jokowi.
Ahmad Dhani timses 02 disidang karena ciutannya di twiter, yang disalahkan Jokowi. Tetap kampanye dua jari di peridangan, dipantau Bawaslu, yang disalahkan tetap Jokowi.
Politikus Wasekjen Demokrat, Andi Arief ditangkap menggunakan Narkoba, yang disalahkan Jokowi. "Gagal menangani penyelundupan Narkoba di Indonesia" katanya. Padahal sudah sering BNN menyita berton-ton narkoba yang diselundupkan, tetap saja yang disalahkan adalah Jokowi.
Ketum PPP Romahurmuziy ditangkap KPP karena Korupsi, yang disalahkan Jokowi. Padahal KPK menjalankan tugas sesuai perintah Presiden, membasmi korupsi, tapi yang disalahkan tetap Jokowi.
PKI muncul lagi, yang disalahkan Jokowi.HTI dibubarkan, yang salah Jokowi.BPJS gratis ditutup karena habiskan APBN, yang salah Jokowi.Pembagian sertifikat lahan, semua karena salah Jokowi.Warga yang belum dibayar kena gusur pembangunan Tol yang salah JokowiGuru honorer gajinya dinaikan ke UMR, bahkan banyak yang diangkat PNS, yang salah Jokowi.ASN gajinya dinaikan pun, tetap salah Jokowi. Dan banyak lagi...


Apakah, jutaan Jomblo belum menemukan pasangan, itu juga karena salah Jokowi?Apakah, usaha anda tidak maju-maju, di PHK, tidak kebagian proyek, yang salah itu Jokowi.

Lalu wajah saya ini tetap jelek, dan kena diare mencret pun, saya harus salahkan Jokowi, gitu?
Jika semua kesalahan, dosa-dosa kita, kesialan, nasib malang, kesedihan, bencana, derita, kejombloan, dan semua hal tidak baik yang dialami bangsa Indonesia ditimpakan kepada Presiden Jokowi. Sangat luar biasa sekali itu Jokowi. 
Tidak tebayang, kalau misalkan Jokowi mencuri ayam, bisa jadi seketika itu juga diKUDETA terjungkal. 

Orang baik-baik begitu, kok selalu disalahkan dan dikambing hitamkan?


Jokowi sudah seperti 'bak sampah' dosa dan kesalahan seluruh bangsa saja. Sungguh LUAR BIASA. Sebab Jokowi, selalu memaafkan kesalahan siapa saja, sebelum bangsa ini minta maaf. Ini termasuk tingkat keimanan para Mukhlisin.
Padahal Jokowi hanya manusia biasa, berbadan [maaf] kurus, santun bersahaja. Orangnya baik, ramah, rajin ibadah, dan duduk sama rata dengan rakyat Indonesia. Sampai pernah tidur di lapangan bersama korban gempa Lombok. Tengah malam ke kampung nelayan untuk mengetahui percis keadaan mereka.
Jokowi hanya kepala pemerintahan, presiden Republik Indonesia, yang dipilih dan terpilih rakyat. Beliau bersih, tidak korupsi, juga tidak nepotisme. Tidak pernah ada proyek negara ditangani keluarganya. Anaknya lebih memilih hidup berdikari usaha dagang sendiri, yang gajinya melebihi Jokowi.
Jokowi hanya manusia biasa yang giat bekerja, memberantas korupsi dan pungli di negeri ini. Tepatnya lagi membangun bangsa dan negara lebih maju dan lebih baik lagi. Di pilpres kali ini, Jokowi menggandeng calon Wakil Presiden dari kalangan Ulama, pucuknya Nahdlatul Ulama dan ketua MUI, KH. Ma'ruf Amin. Bukan menggaet dari kader PDIP atau parpol lainnya. Sebab beliau itu orang baik. Orang baik akan bersama orang baik [Ulama]. Dan akan tetap berprilaku baik.
Pernahkah kita baca Firman Allah SWT berikut ini.

"Maa ingdakum yangfaduu, wama ingdallahi baaqin...."
"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". (Qs.An-Nahl:96)
Kita tidak perlu khawatir dengan pembagian garis takdir orang lain, semua sudah dibagi oleh Allah secara proposional.
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Qs.Azukhruf:32)  
Wallahua'lam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun