Mohon tunggu...
Agustan Ogut
Agustan Ogut Mohon Tunggu... Guru - A Father, Teacher, Reader, Writer

Menulis untuk mengikat ilmu, berbagi, dan keabadian. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menentukan Keputusan Berdampak pada Kepemimpinan Sekolah

6 Juni 2024   11:26 Diperbarui: 6 Juni 2024   15:06 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kepala satuan pendidikan mungkin pernah merasa sulit mengambil keputusan ketika memimpin suatu rapat di sekolah. Keputusan yang diinginkan tentu keputusan yang terbaik bagi kelangsungan pendidikan di sekolah masing-masing.

Tulisan ini mendeskripsikan kegiatan lokakarya sekolah penggerak yang kami ikuti baru-baru ini, tepatnya pada hari Selasa, 21 Mei 2024. Kami mengikuti lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1 dengan tema Pengambilan Keputusan Berdampak. Lokasi kegiatan seperti biasanya di SDIT Darussalam, Jl. KH. M. Ramli Kompleks Mesjid Agung Kota Palopo.

Sebanyak dua puluh peserta dari Kota Palopo dari tingkat SD dan SMP sederarajat mengikuti kegiatan ini. Pesertanya dari unsur pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru. Mereka juga sebagai tim Pelatihan Komite Pembelajaran (PKP) dari masing-masing sekolah penggerak angkatan 3 Kota Palopo.

Di lokakarya ini, kami belajar tentang cara pengambilan keputusan berdampak dalam kepemimpinan satuan pendidikan. Sebelum membahas kepemimpinan berdampak, kami banyak berdiskusi tentang kondisi sekolah masing-masing. Satu persatu dari perwakilan sekolah di kelas kami menyampaikan pendapatnya.

Setelah itu, Fasilitator kami yang baik dan cerdas, bapak Suardi, S.Pd.,M.Pd. memantik kami untuk mengenal kebiasaan pemimpin yang efektif. Ada 5 (lima) kebiasaan pemimpin yang efektif yang dipelajari pada kegiatan lokakarya tersebut;

  • Mengelolah waktu dengan cermat. Pemimpin efektif menyadari waktunya terbatas, jadi mereka memastikan waktu tersebut dipergunakan untuk kegiatan yang paling produktif.
  • Mengusahakan hasil terbaik. Pemimpin efektif menyadari apa target target yang perlu dicapai. Mereka mengerahkan segala daya upaya dan usaha untuk mencapai target tersebut semaksimal mungkin.
  • Memberdayakan potensi aset. Pemimpin efektif menyadari ada potensi di setiap aset yang dimiliki. Mereka fokus pada kekuatan yang dimilikinya, orang lain, dan berbagai aset lainnya. Mereka memberdayakan potensi maksimal dari aset tersebut untuk mencapai target.
  • Menentukan skala prioritas. Pemimpin efektif menyadari ada banyak hal yang perlu dikerjakan. Mereka terbiasa menyusun prioritas kerja berdasarkan hasil pertimbangan berbagai aspek.
  • Mengambil keputusan berdampak. Pemimpin efektif menyadari ada banyak kondisi yang perlu ditangani. Mereka terbiasa memilah setiap kondisi dan memutuskan langkah apa yang dilakukan agar kondisi tersebut memberikan dampak positif.

Pemimpin efektif sangat dibutuhkan di setiap lembaga, tidak terkecuali di satuan pendidikan. Pemimpin efektif menjadi harapan dari setiap warga sekolah. Pemimpin efektif selalu membangun kebiasaan positif dalam lembaganya.

Sumber: Dokpri, Peserta Lokakarya, fasilitator, dan Tim BBGP Sulsel
Sumber: Dokpri, Peserta Lokakarya, fasilitator, dan Tim BBGP Sulsel
Kebiasaan pemimpin yang efektif tersebut merupakan gambaran tindakan yang membutuhkan komitmen tinggi dari seorang pemimpin. Hal ini akan menjadi angan-angan saja jika tidak dibarengi dengan tindakan yang pasti atau aksi nyata.

Lantas, apa saja yang perlu diperhatikan seorang pemimpin satuan pendidikan agar kepemimpinannya dapat berdamapk positif pada warga sekolah?

Ada lima langkah atau disingkat 5T yang sebaiknya ditempuh agar keputusan kita tetap berdampak di sekolah.

1. Telusuri kondisi kunci. Sekurang-kurangnya ada empat kondisi kunci yang perlu diperhatikan untuk mengambil keputusan berdampak, yaitu: kondisi sehari-hari, kondisi khusus umum, kondisi luar biasa, dan kondisi umum baru.

  • Kondisi sehari-hari merupakan kondisi kerja harian yang sering dialami. Sebagai contoh; kepala sekolah kesulitan untuk memimpin rapat refleksi rutin mingguan karena seringkali ada kegiatan lain yang bersifat mendadak. Untuk mengatasi ketika ada kondisi seperti ini, maka kita cukup memerlukan adaptasi. Kita bisa mengutus wakil kepala sekolah atau guru lain untuk mengikuti rapat atau memimpin refleksi. Kita bisa melihat kondisi yang mana kegiatan bisa diwakilkan.
  • Kondisi khusus umum merupakan kondisi khusus untuk seseorang/institusi namun umum terjadi di lain tempat. Sebagai contoh; dana BOSP belum cair selama 3 bulan (Januari, Pebruari, Maret) dimana kegiatan sekolah tetap harus berjalan. Untuk mengatasi kondisi ini, kita memerlukan pengalaman orang/institusi lain. Kita bisa meminta bantuan dari teman sejawat/intitusi lain agar operasional sekolah dapat berjalan.
  • Kondisi luar biasa, merupakan kondisi yang kemungkinannya jarang terjadi. Sekali terjadi membutuhkan solusi yang sangat urgen atau mendesak. Misalkan saja; terdapat 7 (tujuh) orang guru honorer di sekolah yang lulus PPPK secara bersamaan dan akan bertugas di sekolah lain dalam waktu 6 (enam) bulan ke depan. Kondisi tersebut memerlukan solusi yang luar biasa dan juga di luar standar normal. Ketika ada kodisi seperti pada contoh di atas, tentu dibutuhkan kerja maksimal dari seorang pimpinan. Kepala satuan pendidikan bisa saja menghadap langsung pada atasan untuk meminta pemenuhan tenaga pendidik untuk menggantikan guru tersebut. Selain itu, ia bisa saja mencari segera guru honorer pengganti dari tujuh orang itu.
  • Kondisi umum baru. Sebuah kondisi yang menjadi gejala awal terbentuknya kondisi umum baru. Kondisi ini membutuhkan keputusan berdampak. Keputusan yang ketika diterapkan dampak positifnya lebih banyak daripada dampak negatifnya. Salah satu contoh kasus pada kondisi ini, yaitu; beberapa kali orang tua datang ke sekolah marah - marah karena anaknya dipukul atau berkelahi dengan siswa lain. Kejadian peserta didik dipukul atau berkelahi dengan peserta didik lain menjadi penyebab orang tua mereka datang ke sekolah berkali-kali. Orang tua yang bersangkutan pertama kali datang mungkin tidak digubris oleh pihak sekolah sehingga datang berkali-kali, yang akhirnya membentuk kondisi umum baru.

2. Tentukan kondisi batasan

Kondisi batasan juga perlu ditentukan agar keputusan yang diambil dapat berdampak. Untuk menentukan kondisi batasan, seorang pimpinan dapat mengacu pada; undang-undang atau peraturan yang berlaku, peraturan di suatu daerah, visi dan misi satuan pendidikan, kapasitas dan kapabilitas pimpinan, daya dukung sekolah, dan lain-lainnya yang dianggap perlu.

Ada dua kondisi batasan yang perlu ditentukan, yaitu kondisi batas minimal dan maksimal. Kita dapat menentukan kondisi batas minimal dengan cara menyatakan seperti; minimal harus ada.., paling tidak perlu ada ..., atau sedikitnya perlu ada....Sedangkan, kondisi batas maksimal dapat ditentukan dengan cara mengungkapkan; paling banyak hanya bisa..., lebih dari itu akan sulit..., atau di luar dari ini tidak mungkin.

Contoh sangat sederhana seperti; minimal harus ada yang bisa masuk ke 10 (sepuluh) besar pada lomba tingkat kota. Ini adalah batas minimal. Atau setidaknya ada 2 (dua) orang bisa sampai juara 1 atau 2. Contoh ini memberikan batas minimal dan maksimal yang seharusnya berdsarkan analisis kompetensi peserta didik dan kualitas pembinaannya. Jadi, contoh bersumber dari dasar berpikir yang kuat, tidak hanya sekedar ditentukan apa adanya.

3. Tetapkan kondisi ideal.

Kondisi ideal adalah kondisi yang paling optimal agar muncul dampak yang diharapkan. Untuk menggambarkan kondisi ideal, kita bisa sampaikan ungkapan seperti; "seharusnya ada...., idealnya perlu ada...".

Kondisi ideal berada di antara batas minimal dan maksimal, bukanya berada pada batas minimal dan melebihi batas maksimal. Jika batas minimal digambarkan seperti sebuah lingkaran, kondisi ideal tidak berada di dalam lingkaran minimal tersebut. Demikian juga, kondisi ideal tidak berada di luar lingkaran batas maksimal, jika digambarkan juga seperti lingkaran.

Menetapkan kondisi ideal adalah sebuah kesadaran bahwa pada akhirnya kita perlu bernegosiasi, berkompromi, atau tawar menawar dalam kondisi nyata di lapangan dan kondisi ini perlu ditetapka di awal untuk memberikan gambaran seberapa jauh kita akan bernegosiasi, berkompromi, atau tawar menawar.

Ketiga kondisi tersebut; kondisi kunci, kondisi batasan, dan kondisi ideal menjadi pertimbangan kita mengambil keputusan berdampak dalam lingkup satuan pendidikan. Keputusan yang diambil merupakan hasil pilhan dari beberapa alternatif yang ada.

Keputusan yang diambil hanya sekedar menjadi harapan baik tanpa adanya komitmen aksi nyata sampai ditentukan siapa penanggung jawab pelaksana aksi tersebut.

Oleh sebab itu, pada kegiatan lokakarya ini, kami juga merancang aksi nyata atas keputusan yang telah diambil. Namun, sebelum menentukan aksi nyata, kita perlu merumuskan rencana aksi berdasarkan pendapat dari komunitas atau warga sekolah.

Untuk menyusun rencana aksi, kita perlu memahami beberapa pendapat yang berbeda beserta kelebihan dan resiko masing-masing pendapat. Dari sekian pendapat, setelah dianalisis kelebihan dan resikonya, selanjutnya kita perlu memilih salah satunya menjadi keputusan berdampak. Keputusan berdampak ditentukan dari beberapa alternatif pilihan dangan mempertimbangkan kelebihan dan resiko yang timbulkan.

4. Terapkan aksi nyata

Langkah selanjutnya setelah menentukan keputusan berdampak dan menyusun rencana aksi adalah menerapkan aksi nyata. kita perlu menentukan penanggungjawab dari keputusan yang diambil, langkah-langkah aksi nyata, dan disertai dengan catatan perkembangan aksi nyata. 

Tahap ini merupakan tahap implementasi kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Penanggung jawab atau kordinator kegiatan memiliki peranan penting terlaksananya kegiatan dengan baik. Ia memiliki kewenangan mengkoordinir dan sekaligus mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan kepada pimpinan.

5. Temukan umpan balik

Setiap keputusan yang telah dibuat, masih memiliki kemungkinan salah, keliru, dan tidak tepat saat dihadapkan dengan kondisi nyata di lapangan. Demikian juga, ketika pelaksanaan kegiatan tidak menutup kemungkinan masih ada yang perlu ditingkatkan, maka dengan kesadaran pemimpin perlu melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan. Keterbukaan pemimpin juga untuk mendorong diri dan warga sekolah untuk melakukan refleksi bersama warga sekolah terhadap pelaksanaan kegiatan.

Pemimpin efektif mampu menentukan keputusan berdampak berdasarkan analisis yang kuat terhadap berbagai alternatif pendapat dari warga sekolah. Analisinya tidak terlepas dari kondisi-kondisi yang dihadapi oleh seorang pemimpin. Analisis kondisi kunci, kondisi batasan, dan kondisi ideal, serta analisis rencana aksi akan membentuk pola pikir untuk melahirkan keputusan berdampak yang dapat direalisasikan untuk kenyamanan seluruh warga sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun