2. Tentukan kondisi batasan
Kondisi batasan juga perlu ditentukan agar keputusan yang diambil dapat berdampak. Untuk menentukan kondisi batasan, seorang pimpinan dapat mengacu pada; undang-undang atau peraturan yang berlaku, peraturan di suatu daerah, visi dan misi satuan pendidikan, kapasitas dan kapabilitas pimpinan, daya dukung sekolah, dan lain-lainnya yang dianggap perlu.
Ada dua kondisi batasan yang perlu ditentukan, yaitu kondisi batas minimal dan maksimal. Kita dapat menentukan kondisi batas minimal dengan cara menyatakan seperti; minimal harus ada.., paling tidak perlu ada ..., atau sedikitnya perlu ada....Sedangkan, kondisi batas maksimal dapat ditentukan dengan cara mengungkapkan; paling banyak hanya bisa..., lebih dari itu akan sulit..., atau di luar dari ini tidak mungkin.
Contoh sangat sederhana seperti; minimal harus ada yang bisa masuk ke 10 (sepuluh) besar pada lomba tingkat kota. Ini adalah batas minimal. Atau setidaknya ada 2 (dua) orang bisa sampai juara 1 atau 2. Contoh ini memberikan batas minimal dan maksimal yang seharusnya berdsarkan analisis kompetensi peserta didik dan kualitas pembinaannya. Jadi, contoh bersumber dari dasar berpikir yang kuat, tidak hanya sekedar ditentukan apa adanya.
3. Tetapkan kondisi ideal.
Kondisi ideal adalah kondisi yang paling optimal agar muncul dampak yang diharapkan. Untuk menggambarkan kondisi ideal, kita bisa sampaikan ungkapan seperti; "seharusnya ada...., idealnya perlu ada...".
Kondisi ideal berada di antara batas minimal dan maksimal, bukanya berada pada batas minimal dan melebihi batas maksimal. Jika batas minimal digambarkan seperti sebuah lingkaran, kondisi ideal tidak berada di dalam lingkaran minimal tersebut. Demikian juga, kondisi ideal tidak berada di luar lingkaran batas maksimal, jika digambarkan juga seperti lingkaran.
Menetapkan kondisi ideal adalah sebuah kesadaran bahwa pada akhirnya kita perlu bernegosiasi, berkompromi, atau tawar menawar dalam kondisi nyata di lapangan dan kondisi ini perlu ditetapka di awal untuk memberikan gambaran seberapa jauh kita akan bernegosiasi, berkompromi, atau tawar menawar.
Ketiga kondisi tersebut; kondisi kunci, kondisi batasan, dan kondisi ideal menjadi pertimbangan kita mengambil keputusan berdampak dalam lingkup satuan pendidikan. Keputusan yang diambil merupakan hasil pilhan dari beberapa alternatif yang ada.
Keputusan yang diambil hanya sekedar menjadi harapan baik tanpa adanya komitmen aksi nyata sampai ditentukan siapa penanggung jawab pelaksana aksi tersebut.
Oleh sebab itu, pada kegiatan lokakarya ini, kami juga merancang aksi nyata atas keputusan yang telah diambil. Namun, sebelum menentukan aksi nyata, kita perlu merumuskan rencana aksi berdasarkan pendapat dari komunitas atau warga sekolah.