Mohon tunggu...
Agustan Ogut
Agustan Ogut Mohon Tunggu... Guru - A Father, Teacher, Reader, Writer

Menulis untuk mengikat ilmu, berbagi, dan keabadian. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menentukan Keputusan Berdampak pada Kepemimpinan Sekolah

6 Juni 2024   11:26 Diperbarui: 6 Juni 2024   15:06 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Peserta Lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1

Bagi kepala satuan pendidikan mungkin pernah merasa sulit mengambil keputusan ketika memimpin suatu rapat di sekolah. Keputusan yang diinginkan tentu keputusan yang terbaik bagi kelangsungan pendidikan di sekolah masing-masing.

Tulisan ini mendeskripsikan kegiatan lokakarya sekolah penggerak yang kami ikuti baru-baru ini, tepatnya pada hari Selasa, 21 Mei 2024. Kami mengikuti lokakarya Kepemimpinan Sekolah 1 dengan tema Pengambilan Keputusan Berdampak. Lokasi kegiatan seperti biasanya di SDIT Darussalam, Jl. KH. M. Ramli Kompleks Mesjid Agung Kota Palopo.

Sebanyak dua puluh peserta dari Kota Palopo dari tingkat SD dan SMP sederarajat mengikuti kegiatan ini. Pesertanya dari unsur pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru. Mereka juga sebagai tim Pelatihan Komite Pembelajaran (PKP) dari masing-masing sekolah penggerak angkatan 3 Kota Palopo.

Di lokakarya ini, kami belajar tentang cara pengambilan keputusan berdampak dalam kepemimpinan satuan pendidikan. Sebelum membahas kepemimpinan berdampak, kami banyak berdiskusi tentang kondisi sekolah masing-masing. Satu persatu dari perwakilan sekolah di kelas kami menyampaikan pendapatnya.

Setelah itu, Fasilitator kami yang baik dan cerdas, bapak Suardi, S.Pd.,M.Pd. memantik kami untuk mengenal kebiasaan pemimpin yang efektif. Ada 5 (lima) kebiasaan pemimpin yang efektif yang dipelajari pada kegiatan lokakarya tersebut;

  • Mengelolah waktu dengan cermat. Pemimpin efektif menyadari waktunya terbatas, jadi mereka memastikan waktu tersebut dipergunakan untuk kegiatan yang paling produktif.
  • Mengusahakan hasil terbaik. Pemimpin efektif menyadari apa target target yang perlu dicapai. Mereka mengerahkan segala daya upaya dan usaha untuk mencapai target tersebut semaksimal mungkin.
  • Memberdayakan potensi aset. Pemimpin efektif menyadari ada potensi di setiap aset yang dimiliki. Mereka fokus pada kekuatan yang dimilikinya, orang lain, dan berbagai aset lainnya. Mereka memberdayakan potensi maksimal dari aset tersebut untuk mencapai target.
  • Menentukan skala prioritas. Pemimpin efektif menyadari ada banyak hal yang perlu dikerjakan. Mereka terbiasa menyusun prioritas kerja berdasarkan hasil pertimbangan berbagai aspek.
  • Mengambil keputusan berdampak. Pemimpin efektif menyadari ada banyak kondisi yang perlu ditangani. Mereka terbiasa memilah setiap kondisi dan memutuskan langkah apa yang dilakukan agar kondisi tersebut memberikan dampak positif.

Pemimpin efektif sangat dibutuhkan di setiap lembaga, tidak terkecuali di satuan pendidikan. Pemimpin efektif menjadi harapan dari setiap warga sekolah. Pemimpin efektif selalu membangun kebiasaan positif dalam lembaganya.

Sumber: Dokpri, Peserta Lokakarya, fasilitator, dan Tim BBGP Sulsel
Sumber: Dokpri, Peserta Lokakarya, fasilitator, dan Tim BBGP Sulsel
Kebiasaan pemimpin yang efektif tersebut merupakan gambaran tindakan yang membutuhkan komitmen tinggi dari seorang pemimpin. Hal ini akan menjadi angan-angan saja jika tidak dibarengi dengan tindakan yang pasti atau aksi nyata.

Lantas, apa saja yang perlu diperhatikan seorang pemimpin satuan pendidikan agar kepemimpinannya dapat berdamapk positif pada warga sekolah?

Ada lima langkah atau disingkat 5T yang sebaiknya ditempuh agar keputusan kita tetap berdampak di sekolah.

1. Telusuri kondisi kunci. Sekurang-kurangnya ada empat kondisi kunci yang perlu diperhatikan untuk mengambil keputusan berdampak, yaitu: kondisi sehari-hari, kondisi khusus umum, kondisi luar biasa, dan kondisi umum baru.

  • Kondisi sehari-hari merupakan kondisi kerja harian yang sering dialami. Sebagai contoh; kepala sekolah kesulitan untuk memimpin rapat refleksi rutin mingguan karena seringkali ada kegiatan lain yang bersifat mendadak. Untuk mengatasi ketika ada kondisi seperti ini, maka kita cukup memerlukan adaptasi. Kita bisa mengutus wakil kepala sekolah atau guru lain untuk mengikuti rapat atau memimpin refleksi. Kita bisa melihat kondisi yang mana kegiatan bisa diwakilkan.
  • Kondisi khusus umum merupakan kondisi khusus untuk seseorang/institusi namun umum terjadi di lain tempat. Sebagai contoh; dana BOSP belum cair selama 3 bulan (Januari, Pebruari, Maret) dimana kegiatan sekolah tetap harus berjalan. Untuk mengatasi kondisi ini, kita memerlukan pengalaman orang/institusi lain. Kita bisa meminta bantuan dari teman sejawat/intitusi lain agar operasional sekolah dapat berjalan.
  • Kondisi luar biasa, merupakan kondisi yang kemungkinannya jarang terjadi. Sekali terjadi membutuhkan solusi yang sangat urgen atau mendesak. Misalkan saja; terdapat 7 (tujuh) orang guru honorer di sekolah yang lulus PPPK secara bersamaan dan akan bertugas di sekolah lain dalam waktu 6 (enam) bulan ke depan. Kondisi tersebut memerlukan solusi yang luar biasa dan juga di luar standar normal. Ketika ada kodisi seperti pada contoh di atas, tentu dibutuhkan kerja maksimal dari seorang pimpinan. Kepala satuan pendidikan bisa saja menghadap langsung pada atasan untuk meminta pemenuhan tenaga pendidik untuk menggantikan guru tersebut. Selain itu, ia bisa saja mencari segera guru honorer pengganti dari tujuh orang itu.
  • Kondisi umum baru. Sebuah kondisi yang menjadi gejala awal terbentuknya kondisi umum baru. Kondisi ini membutuhkan keputusan berdampak. Keputusan yang ketika diterapkan dampak positifnya lebih banyak daripada dampak negatifnya. Salah satu contoh kasus pada kondisi ini, yaitu; beberapa kali orang tua datang ke sekolah marah - marah karena anaknya dipukul atau berkelahi dengan siswa lain. Kejadian peserta didik dipukul atau berkelahi dengan peserta didik lain menjadi penyebab orang tua mereka datang ke sekolah berkali-kali. Orang tua yang bersangkutan pertama kali datang mungkin tidak digubris oleh pihak sekolah sehingga datang berkali-kali, yang akhirnya membentuk kondisi umum baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun