Mohon tunggu...
Agustan Ogut
Agustan Ogut Mohon Tunggu... Guru - A Father, Teacher, Reader, Writer

Menulis untuk mengikat ilmu, berbagi, dan keabadian. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rezeki para Penghafal Al Quran

11 Februari 2024   20:57 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:22 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahmad adalah seorang santri di sebuah Pondok Pesantren ternama di Kota kelahirannya, Kota Kulonan. Ia termasuk belum lama menimba ilmu di pondok tersebut. Ia baru berada di tingkat delapan atau kelas VIII jika ia duduk di sekolah umum. Ia mondok baru kurang lebih dua tahun.

Suatu hari, tepatnya waktu menjelang siang, sekitar pukul 10.00 WIB, ada seseorang yang masuk berkunjung dan mengelilingi lokasi pondok. Orang tersebut betul-betul asing bagi para santri di pondoknya Ahmad. Orang itu dipanggil "Mister" oleh Ahmad beserta teman-temannya. Mereka memanggilnya "Mister" setelah mereka mendengar berbicara campur dengan bahasa Inggris. Kedengarannya Mister lebih fasih berbahasa Inggris daripada menggunakan bahasa kelahirannya, bahasa Indonesia.

Pada saat Mister berada di Pondoknya Ahmad. Ia memanggil semua santri yang ia lihat pada saat itu. Belasan santri berkumpul dan berbincang santai bersama Mister. Sesekali, mereka terlihat tertawa mendengar dialek Mister yang kaku menggunakan bahasa Indonesia.

Di sela-sela perbincangan, Mister juga sempat meperkenalkan dirinya dan sebabnya bisa berada di hadapan mereka. Lalu, Mister berkata.

"Boleh aku bertanya?" Ucap Mister dengan dialek baratnya

"Boleh Mister" Jawab santri

"Siapa yang sudah menghapal satu Jus Quran?" Mister bertanya untuk mengetahui banyaknya hafalan para santri.

"Semuanya Mister, kami semua sudah menghafal lebih dari satu Jus" Jawab santri, termasuk Ahmad.

"Waahh...hebaaatt...excellent" Mister memuji mereka, lalu bertanya lagi dengan pertanyaan lain.

"Ada yang bisa ceramah di sini?" Mister bertanya lagi.

"Ini Mister...ini Mister...Ahmad namanya". Sahut santri.

"Ayo...kemari Ahmad.. Come here" Mister memanggil Ahmad beberapa kali dan disertai isyarat tangan.

Di tengah-tengah kerumunan teman-temannya, Ahmad berjalan dengan penuh keraguan. Ia terlihat malu-malu dan sedikit tidak percaya diri ingin berada di hadapan Mister yang fasih berbahasa Inggris.

Ahmad khawatir jika ia tidak dapat menyampaikan ceramahnya dengan baik. Ahmad terlihat sesekali enggan melangkahkan kakinya. Ia melangkah, lalu terhenti lagi. Ia sungguh terlihat ragu.

"Ayo Mad...Ayo..Mad.." Teman Ahmad memberi semangat agar ia mau memenuhi permintaan Mister.

Ahmad dikenal baik di pondoknya sebagai santri yang bisa berceramah dengan baik. Ia sering diutus mengikuti lomba pidato. Setiap lomba yang ia ikuti, Ahmad selalu mendapatkan juara.

Setelah Ahmad berada di hadapan Mister, Mister meminta Ahmad menyampaikan ceramah singkat. Dengan mengatur napas baik-baik, serta mencoba menenankan dirinya, Ahmad mengucapkan basmallah, lalu memulai ceramahnya.

Mister terlihat mengangguk-angguk melihat Ahmad berceramah. Mister tercengang dan terkagum melihat cara dan mimik Ahmad mengolah kata dengan fasih. Sehingga, di akhir ceramahnya, mereka serentak bertepuk tangan. Lalu, Mister mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu.

"Ayo Ahmad, silahkan ambil dua lembar dari uang ini" Mister mempersilahkan Ahmad mengambil dua ratus ribu dari beberapa lembar uang seratus yang Mister pegang.

"Terima kasih banyak Mister...terima kasih" Ucap Ahmad yang sedikit ragu dan malu mengambil uang dari tangan Mister.

"Tidak apa-apa..Silahkan diambil, ini rezekimu" tegas Mister

Dengan mengucapkan syukur atas rezeki yang ia dapatkan saat itu, Mister menginginkan Ahmad tetap berada di dekatnya.

"Bagaimana, cukup Ahmad?" Tanya Mister.

"Sudah sangat cukup Mister". Ahmad menjawab sambil membungkukkan sedikit badannya sebagai bentuk penghormatan kepada Mister.

"Sekarang...Ahmad, silahkan ambilkan empat lembar untuk semua teman-temanmu yang ada di sini".

Mister mempersilahkan lagi Ahmad mengambil empat ratus ribu buat semua teman-temannya yang ada pada saat itu.

"Alhamdulillah..alhamdulillahi rabbil aalamin".

Serentak santri mengucapkan syukur atas rezeki yang mereka dapatkan. Mereka heran dan tidak menyangka semuanya akan kebagian waktu itu. Mereka memahami bahwa Allah yang mengetahui dan mengatur rezeki setiap mahluknya.

Terlebih lagi, kepada mereka yang dekat dengan Sang pemberi rezeki lagi maha kaya. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Allah. Mereka adalah pecinta dan penghapal Al Quran. Rezekinya datang tidak disangka-sangka, sehingga tidak perlu khawatir dengan rezeki mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun